Minggu, 19 Februari 2012

Mari Bersepeda dan Mencoba Nite Biking

Apa yang pertama kali terlintas dalam benak pikiran Anda ketika disebutkan kata "Jakarta"?. Banyak dari Anda pasti menyebutkan Macet. Yup, Jakarta dan kemacetannya sepertinya tidak bisa dipisahkan saat ini. Apalagi dewasa ini, semakin banyak manusia modern di ibukota Jakarta yang concern dengan perkembangan per- transportasi-an di Jakarta yang sudah di ambang kekhawatiran.  

Buruknya tata ruang di wilayah Jakarta semakin terasa berdampak buruk. Pesatnya perkembangan pilar-pilar ekonomi terutama di pusat kota semakin memperburuk keadaan dan menjadikannya sebagai geosentris perekonomian strategis. Serta didukung dengan ketidakseimbangan pertambahan ruas jalan dengan jumlah kendaraan membuat semrawut lalu lintas ibukota. 




Pertumbuhan angka penjualan kendaraan baik roda dua atau pun roda empat semakin meroket didukung dengan mudahnya mendapatkan kredit kepemilikan kendaraan bermotor ini menjadi biang kemacetan secara tidak langsung. Hal inilah yang semakin memperparah kemacetan di Jakarta. Berdasarkan catatan Polda Metro Jaya bahwa jumlah kendaraan yang beredar di Jakarta saat ini ada 11.362.396 unit yang terdiri dari roda dua sebanyak 8.244.346 unit dan roda empat sebanyak 3.118.050 unit. Dari jumlah ini, 98 persen adalah kendaraan pribadi sisanya sebanyak 859.692 unit atau 2 persennya angkutan umum yang mengangkut 66 persen  total penduduk Jakarta. Kondisi ini diperparah dengan tidak sinkronnya pertumbuhan jalan dan kendaraan. Panjang jalan di Jakarta hanya 7.650 km dan luas jalan 40,1 km atau 0,26 persen dari luas wilayah DKI. Sedangkan pertumbuhan panjang jalan hanya 0,01 persen per tahun. Belum lagi tingginya angka perjalanan di Jakarta yang mencapai 21 juta perharinya. dan hal ini tidak diiring dengan penambahan jaringan jalan yang maksimal menjadikan Jakarta ibarat 'katak dalam tempurung'.  Dan yang paling krusial adalah belum adanya peraturan yang mengatur pembatasan kepemilikan kendaraan pribadi di Jakarta. 


Dibutuhkan sebuah sarana transportasi massal yang cepat,aman dan nyaman untuk mengatasi polemik ini namun hingga saat ini tidak kunjung tiba. Berbagai proyek transportasi masaal sudah dicoba untuk dikembangkan namun ibarat pepatah 'hangat-hangat taik ayam', proyek itu mandek ditengah jalan. Sebut saja, proyek Mass Rapid Transportation (MRT) yakni Monorel. Dan peraturan pemerintah terkait retribusi ERP masih dalam tahap penggodokan oleh  Kementerian Keuangan. Kebijakan yang berupaya menangani kemacetan dalam jangka panjang dengan menerapkan sistem jalan berbayar atau Electronic Road Pricing (ERP) di Jalan MH Thamrin dan Jalan Jenderal Sudirman. Hingga kini, proyek yang dirasakan cukup berhasil adalah Busway. Proyek transportasi massal yang melewati jalan-jalan protokol dan menghubungkan titik di pinggiran Jakarta dirasakan cukup membantu meredam laju kemacetan di Jakarta. Proyek yang bertujuan mengubah kebiasaan masyarakat Jakarta untuk beralih ke transportasi massal. Namun belum sepenuhnya berhasil. Jadwal kedatangan dan lama perjalanan Busway yang tidak bisa diprediksi lama perjalanan, perbandingan jumlah Busway yang tidak sesuai untuk setiap jalur nya, serta dirasakan masih kurang nyaman  menjadikan tidak semua masyarakat Jakarta beralih ke Busway. 


Jika polemik ini berlarut-larut tanpa ada penyelesaian nyata dari instansi yang terkait tidak mengherankan jika prediksi sekitar tahun 2014, Jakarta akan mengalami kemacetan total (source).  


Pusing dan stres selalu menghantui Saya setiap saat hendak melakukan keluar rumah terutama di jam-jam sibuk. Serta letih otak Saya jikalau hanya memikirkan kemacetan di Jakarta. Hanya satu yang dalam Saya lakukan seperti slogan dari presiden pertama RI, Soekarno, 
Jangan Tanya Apa yang Diberikan Negara Kepadamu Tapi Tanyakanlah Apa yang Dapat Kamu Berikan ke Negara. 


Bersepeda. Ayo, Mari Bersepeda. Simpel namun cukup berarti saat-saat ini terutama dengan kondisi kemacetan di Jakarta. 


Hal yang paling bisa menyenangkan Saya salah satunya adalah Bersepeda. Murah meriah, menyehatkan serta ramah lingkungan (Go Green). Ayo, bagi Anda yang ingin ikut berkontribusi dan aware dengan perkembangan kondisi di Jakarta, segera alihkanlah moda transportasi Anda dengan bersepeda. Seperti kata-kata bijak dari AA Gym yang cukup bagus diterapkan menurut Saya adalah 
Mulai Dari Hal Kecil, Mulai Dari Diri Sendiri dan Mulai Dari Sekarang


Bersepeda di ibukota Jakarta. Dewasa ini banyak komunitas terbentuk akibat persamaan persepsi dan concern dengan polemik kemacetan di Jakarta. Sebut saja Komunitas Pecinta Sepeda Jakarta (KPSJ), Bike2Work Indonesia (Komunitas Pekerja Bersepeda Indonesia), Komunitas Sepeda Gunung MTB, Komunitas Pencinta Sepeda Onthel, atau Komunitas Sepeda Fixie serta masih banyak komunitas bersepeda lainnya. 



Tidak heran, saat ini di Jakarta selalu diadakan Car Free Day (CFD) setiap hari Minggu kedua dan keempat terutama di jalan-jalan protokol. Minggu pagi dari pukul 06.00 sampai pukul 12.00. Acara ini diperuntukkan bagi semua masyarakat Jakarta yang ingin berolahraga. Dan kebanyakan yang terlihat adalah para pengendara sepeda. Semua tumpah ruah di jalan. Di saat itulah, semua komunitas berkumpul dan saling berinteraksi antar sesama. 


Namun, sensasi anda dapat berubah 180 derajat apabila bersepeda di malam hari. Selain dapat menikmati gemerlapnya kota Jakarta dengan gedung-gedung pencakar langitnya juga suasana di malam minggu kala itu. Selain sehat secara jasmani juga sehat secara rohani. #eaaa.. Rute yang Saya ambil saat itu adalah Senayan-Monas-Bundaran HI-Blok M-Senayan. Senayan dipilih karena dianggap strategis sebagai  center point saat bersepeda sebagai tempat untuk memarkir mobil. Tempat parkir yang cukup luas di Plaza Senayan dan aman menjadi pilihan utama. 



Saya tidak sendirian. Bersama partner in crime Saya kalau bersepeda, Obed. Karena Saya tidak punya sepeda lipat alhasil, dua sepeda yang digunakan merupakan milik om Obed. begitu Saya memanggilnya.. Sorry....heheh..


 Om Obed di Bundaran HI


Bersepeda di malam hari membutuhkan konsentrasi tinggi karena tidak adanya jalur khusus buat pengendara sepeda di Jakarta juga semakin ramainya kendaraan bermotor di jalan utama ini. Jalan Sudirman. Perlengkapan full wajib dipakai saat bersepeda terutama di malam hari. Menghindari kecelakaan selama perjalanan harus dijaga. Helm, lampu sepeda, juga sepatu yang nyaman harus dipersiapkan. Dan pendukung yang Saya dan Om Obed bawa adalah air minum. heheh..

Malam minggu itu cukup ramai kira-kira setengah delapan malam, kendaraan berlalu lalang, namun Saya dan Om Obed terlihat kecil dengan sepedanya. Biasanya orang-orang menghabiskan waktu malam minggunya dengan kendaraan bermotornya, tapi tidak dengan kami. Berjalan pelan menyusuri jalan menuju Bundaran HI. Tidak banyak pengendara sepeda saat itu terlihat oleh kami. Namun tidak menciutkan keinginan kami untuk bersepeda. Mendekati bundaran HI, kami tetap mengayuh sepeda menuju Monumen Nasional (monas), tidak berhenti di Bundaran HI. Perjalanan masih pendek, bung. Gowes maning..!!!!. 

Ini merupakan sensasi bersepeda malam (nite biking) pertama kali bagi Saya dan Om Obed. Awesome..!!!. Malam pun semakin larut, kami menggowes menuju patung kuda MONAS. beristirahat dan mengambil foto sebagai bukti kalau bersepeda di malam hari. LOL




Tidak lama berhenti di Monas, kami kembali menggowes lagi menuju Bundaran HI. Tidak mengejar waktu, kami bersepeda santai saja.  Di Bundaran HI, cukup lama kami beristirahat, dan waktu menunjukkan sekitar pukul 10 malam. Terlihat di jam tangan Saya. namun, yang cukup mengejutkan Saya, semakin larut semakin banyak pengendara sepeda menuju Bundaran HI ini. mayoritas anak muda dan bersepeda Fixie. Sepeda yang lagi 'In' di Jakarta saat ini. Namun ada juga sepeda BMX yang mencoba mengadu skill mereka dengan jump in melewati marka jalan. Auw...nice..!!!. 


Sungguh tidak disangka. 


Sekitar setengah jam, kami menikmati malam di bundaran HI. Ternyata perut tidak bisa dibohongi dan gultik (gulai tikungan) Blok M adalah tujuan kami selanjutnya. yup, come on....!!!. 


Kenyang dengan makan malam di Blok M, dan waktu juga sudah menunjukkan sekitar 11 malam, kami kembali ke Senayan dan mengakhiri nite biking ini. Sungguh sensasi yang berbeda. 


Mari Bersepeda dan Mencoba Nite Biking










With Leisure




MKS
Jakarta  06/08/2011
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar