Minggu, 26 Februari 2012

CPNS Minded (?)

Bangsa ini besar. Besar dalam banyak hal. Potensi. Potensi sumber daya alam juga sumber daya manusianya. Sumber daya alam melimpah serta jumlah sumber daya manusia yang tidak sedikit menyebar dari Sabang sampai Merauke. Sungguh mengagumkan. Kagum dengan diversitas ini. Bangsaku, Bangsa Indonesia. 



Menurut sejarah, kata Indonesia ditemukan pada tahun 1849. Ketika seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations ("Pada Karakteristik Terkemuka dari Bangsa-bangsa Papua, Australia dan Melayu-Polinesia"). Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia ("nesos" dalam bahasa Yunani berarti "pulau"). Atau kata harafiah lain, sebuah wilayah yang terdiri dari pulau-pulau yang besar. Majemuk. 



Dari dahulu, bangsa Indonesia sudah memiliki hikayat sumber daya alam yang besar. Namun, karena hal inilah bangsa ini menjadi terlena olehnya. Menjadi sebuah bangsa yang tidak memiliki mental baja seperti bangsa lain yang memiliki kekurangan dalam sumber daya di negaranya. Bangsa Indonesia menganggap bahwa dengan 'sentuhan' sedikit maka akan menghasilkan. Demikianlah mental ini tercipta secara alami untuk bangsa ini, bangsa Indonesia --Mental Tempe--. 


Dengan banyaknya sumber daya ini terutama sumber daya manusia terutama di Indonesia, sehingga persaingan di segala sektor menjadi ketat. Lulusan dari sebuah perguruan tinggi ternama baik swasta maupun negeri belum bisa memastikan kemana kemudi kapalnya akan bertambat. dibutuhkan energi lebih dan juga sedikit faktor keberuntungan untuk bisa mengawali kehidupan manusia tersebut. Butuh extra mental yang pastinya bukan mental tempe untuk bisa mewujudkan semua itu. 


Sebuah awal karir yang paling banyak terlintas dari semua lulusan perguruan tinggi saat ini adalah menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) selain menjadi seorang pekerja di industri perbankan. Faktor kenyamanan menjadi alasan utama favorit pilihan untuk kedua pilihan tersebut. Sebuah ambigu, namun disinyalir kedua profesi inilah yang bisa menaikkan derajat kehidupan manusia saat ini [katanya]. Namun yang paling banyak dipilih dan favorit untuk pertama kali terjun di dunia nyata terutama dari setiap orang tua saat ini adalah menjadi seorang Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Bahkan tidak banyak orang yang menghabiskan sebagian waktunya bahkan lebih dari 1 atau 2 tahun untuk menunggu dan mencoba berbagai ujian sana sini di semua departemen pemerintahan untuk menjadi salah seorang dari CPNS tersebut. Hufh. Dan salah satunya adalah teman saya. 


Karir favorit pilihan yang pertama. Dari tahun kelulusannya dari perguruan tinggi negeri di Bandung,2007, hingga saat ini belum belum bekerja. Miris. Bahkan teman saya sudah mengetahui kalau tahun 2012, penerimaan CPNS dibekukan sementara atas kebijakan pusat. Namun itu tidak menyurutkan semangatnya untuk menjadi seorang CPNS. WAW. Memang sih, banyak keuntungan yang sudah dikhayalkannya bila menjadi seorang CPNS. Uang pensiun di hari tua, gaji yang pasti dan tunjangan yang melimpah setiap bulannya serta kemungkinan akan mendapatkan fasilitas tambahan seperti motor/mobil. Alangkah bijaknya jika teman saya mampu menghabiskan waktunya dengan mencari pekerjaan yang cocok dengan pendidikan yang sudah ditempuhnya serta kesempatan yang bisa diperolehnya saat itu. Tidak menghabiskan waktunya hanya mencoba berbagai CPNS lebih dari 5 tahun dan selalu gagal. gagal 1 atau 2 kali itu wajar, tapi kalau berkali-kali. perlu sebuah introspeksi diri yang dalam dari dirinya sendiri. Jika umur sudah melewati batas toleransi dari seorang fresh graduate, ijazah dari sebuah perguruan tinggi serasa tidak ada maknanya. Stop blame yourself with CPNS Minded


Dari tahun kelulusan saya, 2006, saya saat ini sudah bekerja menjadi seorang pegawai swasta di industri perbankan. Tidak menjadi seorang CPNS karena saya tidak terlalu berminat dengan rumitnya birokrasi di awal penerimaan CPNS namun tidak menjatuhkan mental saya. Cukup puas dan bersyukur dengan apa yang sudah saya raih saat ini. Karir favorit pilihan yang kedua. 


Memiliki banyak teman merupakan sebuah hal terindah dari sebuah hubungan sosial antar manusia. Banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan memiliki teman, selain membuat sebuah jaringan juga meningkatkan kapasitas diri dari individu itu sendiri. Rajin-rajinlah bergabung dan berkumpul dengan organisasi atau institusi di luar keseharian anda. Itulah hal lebih yang dapat kita terima. 


Namun dari semua hal yang ingin saya sampaikan adalah mencoba untuk mendapatkan kehidupan yang layak adalah mimpi dari semua manusia. Saya setuju itu. Namun, jangan mematok diri kita hanya mengandalkan menjadi seorang CPNS ataupun seorang pekerja bank. Prestise atau harga diri setiap manusia tidak dilihat hanya dari pekerjaannya saja, penghasilannya, atau apa yang sudah dimilikinya. Semua pekerjaan yang ada itu baik jika diri kita mampu menjalankannya dengan baik. Melaksanakan dengan sepenuh hati dan selalu bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki itu jauh lebih baik. Pekerjaan yang memiliki prestise tinggi dan berpenghasilan tinggi bak abu rokok jika dijalani dengan setengah hati dan tidak ada nilai kejujuran dari dalam diri individu tersebut. 
Semua Pekerjaan adalah Baik jika Diniatkan dengan Baik dan penuh Kejujuran


Gelar yang tinggi serta banyak bukan berarti 'nilai' dari individu itu juga tinggi. hal ini seperti pedang bermata dua, dapat menusuk secara bersamaan si pemegang pedangnya. Serta memiliki hati yang bersih dalam sebuah lingkungan pekerjaan menjadi sebuah tolak ukur, siapa dan bagaimana nilai personal dari individu tersebut. 


Jadi, dimanakah posisi Anda saat ini?. CPNS Minded. Pekerja bank. Atau sebuah pekerjaan lain. Cerminan diri Anda sendiri.






With Life, 




MKS
Jakarta 26 Feb 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar