Minggu, 05 Februari 2012

Desa Senaru dan Rhoma Irama

SELAPARANG.  Saya sudah di bandara yang berada di pusat kota Mataram. Bandara yang tidak besar mungkin sekilas mirip kantor kelurahan tapi banyak dikunjungi oleh wisatawan asing yang terbius akan keelokan pulau kecil ini, pulau Lombok.
Saya sudah dijemput oleh mas Arie. Seorang penduduk asli pulau lombok dan juga bersuku Sasak. Suku asli pulau Lombok. Orangnya cukup supel dan enak diajak ngobrol. Tidak terlalu kaku mungkin sudah lama tinggal di kota Mataram. Walaupun aslinya mas Arie merupakan penduduk desa Senaru. Sebuah desa yang berada di kaki gunung Rinjani. Rute saya kali ini sebelum menuju Rinjani.  
            Flower in the morning, Senaru Village.



Untuk Menuju desa Senaru dari bandara Selaparang, saya akan melewati desa monyet layaknya Ubud di Bali yaitu Pusuk. Jalan yang cukup berliku menyisiri gunung ataupun bukit yang penuh dengan monyet berekor panjang. Monyet-monyet ini tidak takut dengan kendaraan bermotor yang berlalu lalang melewati jalan tersebut. bahkan mereka akan duduk di tengah jalan, menunggu makanan yang dilempar oleh para pengendara. 

Mambutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan darat dengan kondisi jalan yang cukup bagus. Menyisiri jalanan di pinggir pantai saat di lombok barat. Sedikit terpinggirkan memang tapi harus melalui desa ini jika ingin menuju gunung Rinjani. 

Sesampai di desa Senaru, saya sudah disambut oleh saudaranya mas Arie. Kamar sudah disiapkan. dan membersihkan diri setelah perjalanan dari Bali, Mataram dan berakhir di desa kecil ini. Desa Senaru. 

Niatnya ingin mandi tapi air dingin, tidak tersedianya air hangat. Tapi itu bukan menjadi sebuah alasan untuk tidak mandi yaa...heheh...

Setelah membersihkan diri dengan mandi, saya menuju tempat seperti teras yang diperuntukkan center point bagi para pendaki dan tour guide nya. Saya memesan makanan standard dimanapun selama masih berada di Indonesia, Nasi Goreng. harga cukup terjangkau dan sama seperti harga seporsi nasi goreng di Jakarta. Sekitar Rp.20,000,-. Nasi goreng dengan ayam goreng dan telur. lengkap memang. untuk rasa juga tidak mengecewakan. Secangkir teh panas juga telah dipesan juga tapi jangan diharapkan akan bertahan lama. Udara yang dingin serta hujan menjadikan teh panas  ini hanya bertahan selama beberapa menit saja. 

Banyak pendaki terutama asing yang ingin mendaki si jantan gunung Rinjani di awal bulan april ini  menjadikan banyak tour guide berkumpul di penginapan ini. Untuk anda yang ingin mendaki puncak gunng Rinjani dan melalui pintu Senaru, jangan khawatir akan kekurangan  penginapan. Harga juga relatif terjangkau. Banyak penginapan tersedia dan saat saya berada di desa Senaru, ada beberapa penginapan yang sedang dibangun. Plus juga dengan banyaknya tour guide yang bisa membantu anda. Don't worry about it..!!! 

Ada hal yang menarik dari obrolan malam di penginapan ini. Ada sekitar 5 orang plus saya dan Natali di tempat makan ini. Saya tidak mengenal nama mereka satu persatu tapi itu tidak menjadi sebuah masalah. Obrolan ini mengalir tanpa batasan. Dari obrolan berat ala politik di Indonesia ataupun luar negeri   hingga obrolan ringan seperti gosip keluar begitu saja. Jangan terlalu menganggap remeh mereka. Para tour guide ini juga mempersiapkan diri mereka untuk bisa mengimbangi pengetahuan umum para wisatawan yang memakai jasa tour guide mereka. bahkan untuk urusan bahasa inggris, para tour guide ini sudah capcicus. Saya yang tinggal di ibukota Jakarta saja tidak terlalu fasih untuk berbahasa inggris secara oral. 

Hingga obrolan yang cukup mencengangkan, saya sebagai pendengar saja dari obrolan yang saling menimpali antar para tour guide ini. Hanya sesekali saya menimpali. Kagum..ceplas ceplos bahkan terkadang polos. hingga obrolan bertemakan raja dangdut, Rhoma Irama. 

Salah seorang dari tour guide ini adalah penduduk asli desa Senaru. namun catatan kehidupannya cukup saya membuat terkejut. Bagaimana tidak, dari hidup serba pas-pasan di desa hingga menjajakan ibukota Jakarta bahkan sempat berada di tanah jiran, Malaysia. Seorang pria yang memiliki garis wajah yang khas suku asli Sasak, rahang tegas, tapi bukan merupakan suku Sasak. Seorang pria yang jika mengobrol selalu polos tanpa banyak beban pikiran, dan jika saya taksir umurnya sekitar 35 tahunan. Ingin memperbaiki nasib garis kehidupannya dengan keluar dari desanya dan mencari pekerjaan yang layak di ibukota bukan merupakan dari niat awal pria paruh baya ini. Tetapi niat awalnya adalah bertemu tokoh pujaannya, Rhoma Irama. Shock saya mendengarnya. tapi tidak bisa saya lontarkan. Pria ini cukup serius menceritakan cerita hidupnya. 

Awalnya saya tidak percaya cerita tersebut. Itu seperti cerita di sinetron saja. Tapi itu benar. Teman-temannya menimpali fakta kebenaran itu. Edan dan tidak bisa dipercaya..!!!. Hanya itu yang bisa saya ucapkan. Jalan jauh hingga ke Ibukota, mencari rumah sang legenda dangdut Indonesia, Rhoma Irama. Tanpa uang yang cukup hanya dengan bermodalkan kegigihan yang ulet. Saya hanya bisa geleng-geleng..

Tiba di Jakarta dengan kereta api. Pasar Senen. Sama seperti semua orang daerah yang datang ke Jakarta, pria ini dengan berjalan kaki menuju icon Jakarta. Monumen Nasional (Monas). mencari pekerjaan yang bisa untuk mendapatkan penghidupan demi ambisi untuk bertemu Rhoma Irama. Menaiki mikrolet rute pasar minggu menuju rumah teman yang dikenalnya tinggal di Jakarta.  Jakarta terlalu luas untuk bisa dijelajahi demi mencari rumah pujaan pria ini, si raja dangdut Rhoma Irama. Letih dan menyerah. Namun, tidak mungkin untuk kembali ke Lombok tanpa membawa oleh-oleh ataupun uang. Akhirnya ada kesempatan untuk bekerja di tanah jiran, Malaysia. dan itu diambilnya tanpa malu. Halal. Bekerja di perkebunan. 

Tidak lama pria ini bekerja di perkebunan di Malaysia. Akhirnya rindu akan kampung halaman menjadikan pria ini berniat untuk pulang kembali ke Lombok. Meneruskan hidup kembali sebagai penduduk daerah. 

Pria ini dulu satu SMP dengan mas Arie, namun keberuntungannya di bangku sekolah tidak bagus. namun semangat juang hidupnya membuka semuanya. Tanpa perlu sekolah formal ataupun kursus bahasa, pria ini mampu berbahasa inggris secara lancar. modal yang sangat penting bagi seorang tour guide. tapi jangan menyuruh pria ini untuk menuliskannya dalam bahasa Inggris. Failed. 

Walaupun pekerjaan sebagai tour guide belum mencukupi untuk hidup berkeluarga, tapi jangan salah lho. pria ini pernah menjadi idaman dua orang wanita. hehehe..  Muka tidak ganteng belum tentu selaras dengan percintaan. Pria ini sebelumnya sudah menikah dengan wanita tapi tidak di desa Senaru. Karena sering mendapatkan orderan menjadi tour guide ke gunung Rinjani, sehingga pria ini mengenal seorang wanita asli desa Senaru. dan jatuh cinta. menceraikan yang lama dan menikah dengan yang baru. WOW. Kehidupan percintaannya sungguh gampang yaa.. Namun yang saya salut, pria ini tidak mau mempermainkan wanita. Tanggung jawab walaupun pekerjaannya hanya sebagai tour guide. 

Kehidupan pria ini tidak selamanya menyenangkan tapi tidak pernah terucap dari mulutnya untuk menyesali. Bersyukur. Waktu seperti tidak terasa di desa ini sejak obrolan ini dimulai. Jika besok tidak akan melakukan pendakian, rasanya saya ingin terus berada di tempat ini. Mata tidak ingin terpejam tapi badan harus beristirahat.  

Ah, desa Senaru membuat saya kangen untuk kembali ke desa ini. Sepi, segar, dan 'sesuatu' dimiliki di desa ini. Sebuah keinginan yang ingin saya wujudkan kembali. Tidak tahu kapan. 




With Leisure, 


Mks
Desa Senaru April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar