Minggu, 08 Januari 2012

Jakarta dan Klaksonnya..

Jakarta
Yup, ibukota dari negara Republik Indonesia. Hidup di Jakarta memang banyak keuntungan, mungkin itu yang menjadi jawaban dari orang-orang daerah. ya, semua ada di Jakarta. boleh dibilang seperti itu. hingga ada sebuah profesi yang cuma ada di Jakarta bahkan di dunia, Joki 3 in 1.

Dalam per-lalulintas-an, Jakarta adalah juaranya. bukan untuk juara yang tertib, tapi juara akan pelanggarannya. Sebut saja yang paling kecil. Berhenti di belakang garis zebra cross saat lampu lalu lintas dalam kondisi berhenti (merah). tapi orang-orang Jakarta, entah itu asli Jakarta atau yang tinggal di Jakarta untuk menyambung hidup melanggar hal itu terutama pengendara motor. entah apa yang ada di pikiran mereka, walau ada Polisi lalu lintas mereka tetap saja melakukan. apakah ini kebiasaan atau kondisi di Jakarta yang menjadikan manusia-manusia di Jakarta 'lupa' akan hal itu.



Manusia yang pintar atau tahu bahwa hal itu salah, ketika sudah di Jakarta akan melakukannya juga.

Dan yang paling konyol dari pelanggaran pengendara motor di Jakarta menurut kacamataku yang saat ini sudah dikategorikan 'orang' Jakarta adalah sudah melanggar dengan melewati garis Zebra cross dan lampu masih berwarna merah masih membunyikan klakson.Teetttt..teeeettt..teeettt...

'hello....', geramku sambil menoleh ke pengedara tersebut. Lampu masih merah dan sudah membunyikan klakson. 'Hal apa lagi sih yang salah dari pengendara didepanmu, pak?sampai segitu tidak sabarkah?'.

Lampu belum berubah menjadi hijau saja sudah klakson sana-sini. Jakarta membuat manusia-nya menjadi manusia yang tidak sabar dan arogan. ingin memaki tapi yang ada malahan makian balik. Aneh. tapi itulah sisi lain dari Jakarta.

Setelah aku berpikir kembali, mengapa Jakarta yang disalahkan yah?. Jakarta tidak salah dan tidak dapat disalahkan. Semua kembali ke manusia-manusia nya yang berkutat dan hidup di Jakarta. pengedara motor, pengendara mobil, supir angkutan, dan aparat yang berkaitan dengan manusia-manusia motor di jalan.

Jakarta, sebuah kota megapolitan yang aktifitasnya menghidupkan manusia hingga 12 juta orang saat siang hari dan setengahnya saat malam. Tidak dapat dihindarkan lagi menahan laju efek negatif dari percepatan pertumbuhan itu. Efek negatif dari per-lalulintas-an.

Dibutuhkan sebuah kerjasama kompleks dari semua instansi dan infrastruktur yang matang untuk menjadikan Jakarta menjadi sebuah kota yang layak disebut sebagai kota megapolitan bertaraf internasional. Dan juga membentuk karakter mental dari manusia-manusia yang berkendara. Jangan hanya mengenal arti dan maksud dari rambu lalu lintas tapi juga mematuhinya. bukan karena keterpaksaan tapi karena pengetahuan dan pengaplikasian akan pengetahuan itu.

Perlu disaring lagi untuk memperkecil pelanggaran teserbut terutama dalam penyaringan awal penerbitan SIM. jangan hanya memberikan dengan 'kemudahan' untuk pengedara yang belum paham akan peraturan rambu lalu lintas. Pemberian 'kemudahan' akan memberikan awal dari kesalahan dan bahaya akan jiwa. entah itu untuk jiwa si pengendara pribadi atau orang lain. oleh karena itu, filter awal itu sangat penting.

Jakarta akan lebih baik jika semua berjalan dengan baik karena dibutuhkan sebuah sistem yang pas untuk memperbaiki pelanggaran itu. Karena itu akan Aku yakin itu bisa. harus optimis.

Jakarte kite..Jakarta kite semua..

Jakarta, 8 Januari 2012.
MKS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar