Tak terasa hampir 3 tahun sudah berlalu di kala semuanya berawal di bulan ini, November.. Ya, di bulan dimana aku merasakan bagaimana makna terdalam dari sebuah kata 'hilang'. sesosok yang jadi panutan ku. seorang yang tidak pernah mengenal arti mengeluh akan kerasnya hidup, tidak mengenal lelah akan aktifitas kerja dan sesosok yang sayang terhadap keluarganya melebihi dirinya sendiri. yup, Bapakku adalah Pahlawanku.
Mungkin tanpa keuletan dan kegigihannya dalam mencari penghidupan demi keluarga, Aku tidak akan menjadi seperti sekarang. Semenjak tahun 1992, Beliau sudah purna-bakti dari kedinasan, TNI AD. Pensiun ketika usia sudah menginjak 55 tahun. Waktu yang seharusnya dihabiskan menikmati masa tuanya, tapi tidak bagi pemikiran Beliau. Mengingat memiliki empat orang anak yang masih memerlukan biaya yang cukup banyak, karena kesemuanya masih duduk di bangku pendidikan. Anak Pertama Beliau, Adi, baru memasuki tahun pertama bangku perkuliahan di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Anak kedua Beliau, Sari, bersekolah kelas 3 SMP di SMP negeri 6 Medan. Anak ketiga Beliau, Andri, bersekolah kelas 6 SD di SD Tunas Kartika III Medan. dan Aku anak terakhir, Mungkas, bersekolah kelas 3 SD di SD Tunas Kartika III medan juga.
Perbedaan umur yang berjarak 3 tahun, mengakibatkan Beliau harus semakin memutar otak untuk mendapatkan uang. Bukan hanya untuk pendidikan tapi untuk kehidupan sehari-hari. Beliau meyakini bahwa, semua usaha dan kerja keras pasti akan ada jalan selama ada kemauan.
Memiliki seorang istri yang betul-betul mengeri kondisi suami sangat berpengaruh dalam keluarga. Ibuku juga tidak hanya menunggu setiap tanggal 5 setiap bulannya untuk uang pensiunan dari Beliau. Ibuku pun memutar otak untuk mencarikan uang tambahan dengan berjualan kue. Tidak menjadi malu untuk melakukan itu.
Bagi Bapak dan Ibuku, pendidikan adalah yang utama. Mereka tidak menginginkan nasib anak-anaknya sama seperti mereka. Bapak dan Ibuku hanya lulusan SMA sederajat. Bapakku dari STM dan Ibuku dari Sekolah Pendidikan guru (SPG). Impian mereka adalah menyekolahkan anak-anaknya jauh melebihi mereka. Jangan menanyakan bagaimana cara mereka mendapatkan uang untuk menyekolahkan anak-anaknya. Selama anak-anaknya masih bersemangat untuk sekolah, mereka akan lebih bersemangat lagi dalam mencarikan dana untuk itu. kalau perlu, bagi mereka makan hanya dengan nasi dan garam sudah cukup. Tapi tidak untuk anak-anaknya.
Terharu aku dibuatnya.
Hanya mengandalkan uang pensiun, dipastikan tidak cukup untuk golongan terakhir Beliau yang terakhir sebagai Pembantu Letnan Satu (Peltu). Tapi Beliau yakin, semua bisa dihadapi. Serahkan semua kekhawatiranmu kepada Tuhan. Njleep.... Sebuah ayat dari kitab suci yang aku anut, Alkitab, memang menyebutkan demikian. Sederhana tapi kompleks maknanya.
Awal-awal tahun setelah pensiun tidak terasa berat. Namun pada tahun 1996 adalah puncaknya. Aku lulus SD dan harus ke SMP. Mbakku Andri lulus SMP dan harus ke SMU. mbakku Sari lulus SMU dan akan melanjutkan kuliah. serta masku Adi masih kuliah.
Secara matematika, dengan uang pensiun yang cuma Rp.700,000-an saat itu dirasakan tidak cukup tapi semua bisa dilewatkan dengan lancar tanpa masalah. Great parent. Masa-masa resesi ekonomi pun dapat dilalui tanpa ada kendala yang berarti. terharu aku.
Kagum Aku dibuatnya.
Kekagumanku bertambah ketika Aku memasuki tahun 1999. Aku lulus SD dan akan melanjutkan SMP. Mbakku ,Andri, lulus SMP dan akan melanjutkan SMU. mbakku, Sari, lulus SMU dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Kalau orang yang berpikir pendek, pasti langsung berkata 'bagaimana mungkin bisa..'. Tapi tidak untuk Bapak dan Ibuku.
Semua sudah diperhitungkan oleh Beliau.
Hingga pada saat aku berulang tahun di tahun 1999, Aku mendapatkan hadiah dari Beliau. bukan berupa gadget elektronik terbaru. Lupakan itu. bukan berupa baju baru. hapuskan itu. Bukan juga sepatu baru. Lemparkan itu. Sebuah hadiah yang sangat aneh bagiku awalnya tapi bermakna akhirnya.
'dik, gelem ternak kambing ora..?', tanya Beliau kepadaku saat setelah Aku pulang sekolah.
'heh..?piye carane Pak?',tanyaku heran.
'yo, ternak kambing..'.
Aku terdiam. Bingung. Hadiah ulang tahun kok berupa kambing yah, bukan barang-barang yang aku butuhkan saat ini. baju kek, sepatu kek, apa kek..hufh... Sebel.
Akhirnya kambing itu pun datang ke rumahku setelah kandangnya selesai juga dibangun ala kadarnya oleh Beliau. Dua ekor kambing betina sudah berada di belakang rumahku. kutemukan setelah Aku tiba di rumah. Berwarna putih dan coklat. Terlihat kokoh dari postur kaki kambing yang besar. Tidak terlalu kecil juga tidak terlalu tua. istilahnya lagi ranum-ranumnya. hehhe..
Senang karena ada mainan baru buatku tapi masih tetap sedih, kok kambing yaaa...
Entah hal apa yang membuatku memberikan nama buat kedua kambing ku ini. Mungkin seperti kebiasaan orang-orang yang memiliki hewan peliharaan pasti akan memberikan nama, tidak terkecuali buatku. Hewan peliharaanku sebelumnya berupa anjing yang Aku beri nama Loso. karena datang ke rumahku di hari Selasa. namun, tidak dapat Aku pelihara di kompleks perumahanku yang notabene beragama muslim. Aku harus memberikan ke saudaraku, titin, yang bisa merawatnya. dan Aku tersadar, Aku kehilangan Loso.
Sesekali Aku tetap mengunjunginya. Namun, kondisi rumah saudaraku yang di pusat kota dan bersampingan dengan jalan raya yang banyak dilalui mobil. Sehingga kejadiaan naas tidak dapat dielakkan. Loso tertabrak mobil angkutan umum. dan tidak bisa diselamatkan lagi. Aku mendengarnya. dan semakin Aku kehilangan Loso. Untuk kedua kalinya.
Sebuah kenangan yang membuatku takut untuk kehilangan sesuatu walau hanya seekor hewan peliharaan. Termasuk kambing baru ku ini. dan Aku merawatnya dengan baik setelah Aku memberikan nama Puddle untuk kambing yang berwarna putih dan Coklat untuk kambing yang berwarna coklat. Pemberian nama ini tidak diberikan dengan acara bubur merah putih dan terlintas di pikiranku karena nama sebuah merk es krim yang cukup terkenal saat itu. dan aku plesetkan menjadi Puddle. Kepanjangannya Pupu' Daliyem. Aku juga tidak mengetahui arti dan makna dari itu. cuma Beliau yang tahu karena dalam bahasa Jawa.
Waktu pun berlalu dan Beliau tetap menyayangi kedua kambing itu yang kini sudah beranak pinak lebih dari 20 ekor. Menyayangi seperti anaknya sendiri. serta menghabiskan waktu mengurusi ternak kambing ini tidak terasa bagi Beliau. bisa seharian. walaupun lelah tapi tidak terasa. Merawat dengan hati. tidak ada yang membayangkan bisa mendapatkan kambing hingga 30 ekor lebih. dari awalnya cuma 2 ekor.
kalau Beliau tidak bertangan dingin, mungkin tidak akan seperti ini.
Dengan kambing ini, Aku bisa bersekolah. demikian juga dengan semua saudaraku dapat bersekolah hingga kuliah sampai sejauh ini. bahkan bisa terbang dari Jogja menuju Medan dengan pesawat. Uang hasil penjualan kambing. Keluarga kambing dan aku adalah anak kambing..hehehe... Itulah yang sering diceritakan orang-orang di sekitar lingkunganku. yup, akhirnya Aku mengerti maksud dari pemberian hadiah ini dari Beliau.
Untuk mendapatkan apa yang Aku inginkan, Aku harus merawat semua ternak kambingku dengan baik. Lelah. sudah pasti. tapi ingat, ada yang akan Aku peroleh nanti di belakangnya. dan kini Aku memperolehnya. Aku menyelesaikan sekolah kesarjanaanku.
Demikianlah Aku ditempa oleh keadaan yang tidak mudah untuk memperoleh sesuatunya. perlu dengan sebuah kerja keras. rejeki tidak akan jatuh dari langit langsung. Ada sebuah perjuangan untuk mendapatkannya.
Beliau mengajarkanku untuk tetap bertahan dalam segala sesuatu hal walau untuk hal terburuk dalam hidupku. tetap berpikir positif jauh berpandangan jauh. Jangan takut dengan apa yang terjadi hari ini. Biarlah hari ini terjadi hari ini saja, tidak untuk besok.
Life must go on, even a storm in front of us. no matter what, keep taft of it.
Kini Aku sudah mendapatkan apa yang Aku anggap cukup. Aku mendapatkan pekerjaan yang sudah menetap di Jakarta. Walau gajinya Aku rasakan kurang di awal bergabungnya di kantor ini, tapi Aku bersyukur. Tuhan membukakan jalan bagiku. Awalnya Aku skeptis dengan hasil yang aku peroleh setelah lulus kuliah. IPK yang kurang maksmal. Tapi Beliau menguatkanku.
'dik,jangan sedih.lakukan semuanya dengan iklas.kerjakan dengan benar pasti akan ada jalan..', ungkap Beliau kepadaku.
Aku terdiam. tertunduk. menangis. sebuah ungkapan yang Aku terima beberapa saat setelah Aku diwisuda. dan Aku tersadar Aku kehilangan kesempatan terbaik untuk menyenangkan Beliau. Aku tahu itu. Aku Malu.
Aku bekerja kurang lebih 3 bulan dan sudah melalui masa-masa probation, dan Aku melaluinya dengan baik. Aku lulus. di bulan Desember di tahun 2007. dan itu natal terindah yang Aku rasakan. melebihi apapun itu.
Orang pertama yang aku kabari adalah Beliau. Bapakku.
'selamat ya dik, tetap berserah kepada Gusti..', ungkapnya sambil tersenyum. walau berkomunikasi lewat handphone, aku dapat merasakan rasa sukacita Beliau dan tulusnya ungkapan itu. Senang. Tenang.
'nggih, pak', jawabku singkat.
tak banyak kata-kata yang dapat Aku ceritakan kepada Beliau. Karena biasanya jika bertelepon, Aku dan Beliau hanya membicarakan hal-hal yang dianggap penting selain menanyakan apa kabar. Aku lebih bisa bicara lepas dengan Ibuku.
Bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. November 2008.
Memasuki bulan November, Aku dan Beliau intensif berkomunikasi karena mbakku, Andri, akan menikah. Rencananya di bulan Desember. Aku mengetahui rencana ini mendadak karena keluarga dari pihak pria menginginkan HARUS tahun ini. karena katanya bagus. 'aneh...', pikirku.
Berita yang mendadak dan harus menikahkan putri terakhirnya dengan rentang waktu yang singkat, membuat Beliau harus berpikir keras. terutama dalam urusan uang. ternak kambing yang selama ini menjadi pilar untuk urusan uang, ternyata di tahun ini kurang begitu baik. tahun ini tahun kambing betina, kalaupun ada kambing jantan itupun masih muda. dan belum cukup umur.
Aku tahu, Beliau termasuk orang yang gengsi tinggi. terutama untuk masalah uang. Apalagi dengan kata meminjam terutama kepada Anaknya. tapi untuk saat ini hal itu tidak bisa dihindarinya. Tidak mungkin meminjam kepada kedua saudaraku, Adi dan Sari, karena mereka sudah menikah. Haram hukumnya menurut Beliau. jadi, kepadaku lah Beliau bercerita. Bapak ke anak. Karena aku masih single jadi belum ada tanggungan hidup dan dirasa sudah mapan oleh Beliau.
'dik, punya duit gak ?', tanya Beliau melalui telepon saat malam hari dan Aku sudah dirumah. Waktu yang pasti untuk menghubungiku di saat Beliau sudah selesai mengurus anak-anaknya yang suka mengembik itu adalah malam hari. Diatas jam 7 malam. dan Aku juga sudah dirumah.
Aku terdiam mendengar pertanyaan dari Beliau yang bersuarakan getir. pelan. Aku tahu Beliau ragu untuk menanyakan kepadaku tapi mungkin inilah jalan terakhir yang bisa diharapkannya. Aku.
'kanggo nikahan mbak mu, dik.bapak duitne kurang, ana-ne 'gur 3 juta iso neh nganti desember..', ungkapnya menambahkan kepadaku. Jujur.
Aku sangat mengerti Beliau. akan mengatakan dengan jujur apa yang ada dan dimilikinya.
'hmm...biasane piro toh pak, biaya nikah ning ndeso ?', tanya balikku ke Beliau.
'ora ngerti sih dik.mun wingi pas mbak mu, Sari, paling ora 12 juta.aduh, bapak lagi ora nduwe duit, trus kambingne saiki akeh manak wedhok.mbakmu, Andri, iki kenopo yo kerepne seret duit ning lagi butuh. bedo karo mbakmu, Sari.pasti lancar ', ungkapnya.
dan memang sering terjadi, dua mbakku ini sering berbeda dalam urusan rejeki. Entah mengapa, kalau mbakku Sari lagi membutuhkan biaya pasti ada saja rejeki. yang tiba-tiba ada mengembalikan uang pinjaman ke Bapak dan Ibuku, atau ternak kambingku laku terjual banyak. Sedangkan mbakku Andri sebaliknya. Bapakku juga tidak mengetahui alasannya.
pusing otakku untuk berpikir jika harus memiliki uang sejumlah 12 juta. Akan tetapi ini adalah sebuah kesempatan terbaik dan terharu jadinya karena Beliau menanyakan seperti ini.
'ana pak.duit dik mung sekitar 5 jutaan saiki, 1 juta lagi disilih koncoku.mengko tak tagih..', jawabku langsung.
'hmmm....jadi totalne sekitar 9 juta yo...', sebuah tarikan nafas panjang mengisyaratkan kelegaan terdengar oleh di ujung telepon.
'iyo pak.kabari wae ning butuh meneh yo pak ..',ucapku.
'iyo dik,matur nuwun yo.berarti saiki bapak arep nyilih liane.ning penting acara mbakmu Andri rampung. ning mbakmu Andri wis rampung, bapak wis lega..', ungkap Beliau.
Njleeep... Baru kali ini aku merasakan senang dan terhormat bak prajurit pulang dari medan pertempuran. Sebuah perasaan hingga langit ketujuh. Aku dapat membantu Beliau disaat benar-benar membutuhkan dan Aku ada disana.
Aku bisa menyenangkan Beliau, Bapakku Pahlawanku.
setelah membicarakan hal-hal penting tadi, Aku dan Beliau mengobrol mengenai adik-adikku. Kambing. dan Aku takjub dengan jumlahnya saat ini. Mendekati 50 ekor. wow...fantastik. Aku tidak pernah membayangkan bagaimana bisa mencapai seperti itu. Walau kebanyakan kambing betina secara halus memperlama rejeki. karena kambing betina sulit untuk dijual, beda dengan kambing jantan. dan Beliau mensyukuri apa yang sudah diterima saat ini. tidak mengeluh.
Seminggu sekali Beliau menelpon Aku dan menceritakan berita terbaru tentang persiapan pernikahan mbakku Andri. mulai dari acara pernikahan harus hari jumat legi sesuai dengan primbon jawa. katanya hari baiknya. hingga yang lainnya. Aneh..
'lha..pak, kenopo ora sabtu opo minggu?kan hari baik toh, ning sedulur iso teko kabeh ?',tanyaku sedikit kesal kepada Beliau.
'yo ora opo-opo le..ning penting kan mbakmu nikah toh..',jawab beliau menenangkanku.
'mun kan alasane ora masuk akal pak.Alkitab kan ora ono koyo ngono ..',
'iyo,bapak ngerti.mun ceritane mesti dino kuwi, ning ora mesti ditunda nganti tahun sesuk..', ungkapnya.
Ingin rasanya Aku marah-marah kepada yang mau nikah. terutama mbakku. tapi Aku urungkan.
'yowis, pak..ning penting kabeh lancar..', ucapku setengah ikhlas.
'iyo dik..',
hening seketika.
'Bapak kapan mangkat ning Klaten?', tanyaku.
'bapak wis pesen tiket karo bang Tinton. Awal bulan desember, paling mun seminggu ning Klaten.adik-adikmu ora ono ning ngurus'.
Bang Tinton merupakan tetanggaku dan bekerja di agent penjualan tiket pesawat. Bapak dan Ibuku selalu memesan ke bang Tinton. Selain tidak ingin repot juga memberikan rejeki ke dia. toh harganya tidak jauh-jauh sekali dengan agent yang lain.
'Kowe kapan mulih dik?', tanya kepadaku balik.
'yo paling cedhak tanggal-tanggal kuwi pak..heheh..',candaku.
Obrolan pun berakhir.
Tepat malam hari 24 November sekitar jam 19.15 WIB, Aku mendapatkan banyak panggilan tidak terjawab dari Beliau. Lebih dari 5 kali. Aku masih dijalan dan naik motor.
Lima kali misscall, wah berarti penting sekali. Aku mencoba menghubungi balik. Lebih dari 2 kali namun tidak tersambung. 'mungkin lagi sibuk memberi makan malam buat kambing..', pikirku dalam hati.
Aku mandi dan makan malam.
Tidak lama setelah itu, layar handphone-ku berkedip dan menandakan ada panggilan masuk. Bapakku.
'yo..kenapa pak?', tanyaku penuh tanya.
'arep nelpon dik mung wae, teko duit kanggo nikahan mbak mu piye?', jawabnya singkat dan menenangkan.
'mau ning ndalan pak..jadi ora krungu..',ucapku.
'oh..Bapak ngerti..',
'duitne wis siap kok pak?arep ditrasnfer opo piye?ning di transfer, sesuk yoo..',
'ora usah, mengko wae ning bapak butuh wae...',
Karena Aku bekerja di industri perbankan jadi mengetahui, untuk urusan kliring hanya bisa dijalankan di jam kerja. Besok.
'dik, jaga mbakmu karo Ibumu yo...', ungkap Beliau serius.
'iyo pak..', jawabku singkat.
Sebuah ungkapan yang terasa dalam dan asing bagiku.
'Bapak mangkat sesuk minggu ning Klaten dik numpak lion. langsung saka medan..', ungkap Beliau.
'ooohh...', gumamku.
'yowis yo dik, Bapak arep sareh dhisik.mengko jam songo arep mangkat ning pizza hut..', ungkap Beliau mengakhiri pembicaraan denganku setelah memastikan semua persiapan sudah siap.
'iyo pak..hati-hati yo, jaga kesehatan pak..', ungkapku.
Beliau sudah ditinggal 2 bulan yang lalu oleh Ibuku yang saat ini tinggal di Klaten. Biasanya tidak merawat kesehatannya terutama untuk makanan. Sedih. Berawal dari kelahiran cucu ke-empatnya di Makasar, sehingga Ibuku langsung terbang dari Medan untuk membantu pasca persalinan mbakku, Sari.
Harusnya Ibuku langsung pulang ke Medan tetapi keponakan Ibuku, Joko akan menikah. daripada bolak balik toh nanti mbakku juga akan menikah di bulan Desember, jadinya Ibuku tetap tinggal di Klaten.
Bak 2 mata uang, Ibuku sudah tidak kuat jalan jauh karena pernah mengalami kecelakaan lalu lintas sehingga kondisi kaki kirinya lemah kalau kondisinya capek. sedangkan Jika tidak ada Ibuku, tidak ada yang mengurus Beliau di medan. Sedih.
Sedih Aku jadinya membayangkan Beliau mencari uang dengan membanting tulang sendirian.
tanpa Aku sadari, Aku pun tertidur.
'kriiing......', handphone ku berdering namun bukan dari nomor yang aku kenal. dan nomor ini dari kode wilayah Medan. Aku lihat. Aku diamkan.
'kriiiing...', lagi. berdering. Aku diamkan.
Menjadi kebiasaanku tidak akan menerima telepon dari nomor yang tidak aku kenal. Iseng.
Aku kembali tidur.
'kriiing....', lagi. berdering. Namun nomor telepon dari mbakku, Andri.
dengan setengah sadar kuraih handphone-ku.
'yo..kenapa mbak?', tanyaku sambil mendengarkan suara mbakku sesenggukan di ujung telepon. Sangat jarang mbakku menelponku di jam sekitar 10 malam.
'bapak dik..bapak..', jawabnya dengan suara terbata dan seperti menangis.
'kenapa bapak?mau telepon kok..',tanyaku penasaran.
hening.
'bapak sedho dik..',ungkap mbakku.
Jedaaarrrr.....Sekilatan petir seperti menyambarku bersamaan. Aku terdiam. Aku berusaha tenang dan menganggap berita tadi tidak benar.
'moso sih mbak..',
'iyo dik..hiks..hiks....bapak ditabrak pas arep mangkat ning Pizza Hut..',tuturnya sambil tetap sesenggukan.
'lha..wau jam 7, bapak tasih nelpon Aku kok..', ujarku masih tidak percaya.
'iyo..tenan dik..',
'ethuk berita soko sopo ?',
'mas Joseph...', jawabnya singkat.
Antara percaya dan tidak percaya, Aku mendapatkan berita ini. Benarkan ini Tuhan?.
'Yowis, aku telpon wong medan dhisik yo..', ujarku sambil mematikan telepon dengan mbakku. dan mbakku mengiyakan. Aku terdiam. seakan tidak mempercayai hal ini. Berita malam hari yang menguncangku.
"Ya Tuhan benarkah ini?", gumamku dalam hati.
Seketika itu juga Aku menghubungi balik nomor telepon tadi yang Aku diamkan. Dua kali deringan, akhirnya diangkat juga..
'Hallo...ini nomor sapa yah?', tanyaku mengawali pembicaraan.
'ini mas Heru.ini sapa yah?', tanyanya balik kepadaku.
'saya mungkas..ada apa yang mas tadi telepon?', tanyaku dengan sedikit tidak fokus.
Dengan degup jantungku yang semakin cepat. mengharapkan berita yang Aku dengar dari mbakku berbeda dengan apa yang akan aku dengar nanti..
'oh mungkas, saya suaminya mbak Anna-nya pak Jonatan.Kas, Bapakmu meninggal tadi.dilanggar bus di Jalan Iskandar muda...', ungkapnya.
Seketika Aku terdiam lagi.
Aku tidak percaya.
'sekarang bapak dimana mas?meninggal di tempat atau di rumah sakit..?', tanyaku pelan.
'bapakmu sekarang di rumah sakit Herna..', tuturnya pelan.
Aku tidak bisa berpikir lagi. Stuck. campur baur semuanya.
Bapak...
'Makasih ya mas atas beritanya..', lalu aku mematikan handphone-ku.
Aku terdiam dan termenung.
Air mata pun keluar tak bisa Aku tahan lagi. hatiku hancur sudah. Aku tersadar Aku benar-benar kehilangan.
'ya..mbak..', jawabku lemah.
'bapak dik...', ungkapnya..
'iyo, mbak..wis ngerti...', ujarku lemah sambil menarik nafas panjang...hufhhh...
'trus piye..?',
'piye apane mbak?', ujarku lemah lagi.
'Bapak ning Medan piye?dimakamin ning endhi ?',tanyanya kepadaku.
Sebuah pertanyaan yang baru Aku sadari. Akan dimakamkan dimana Beliau.
'ning Klaten..Bapak wis dewean wingi ning Medan, moso ditinggal ning Medan kan mbak..', jawabku getir.
'ning kangen karo bapak ora mesti ning Medan, jadi iso tilik bapak luwih cedhak toh..', lanjutku.
'oh yowis..trus, sopo ning methuk bapak?', tanyanya lagi.
Aku terdiam lagi.
Sebenarnya dana lebih di rekening tabunganku sudah tidak mencukupi lagi untuk membeli tiket pesawat Jakarta-Medan untuk pulang pergi. Semua sudah Aku sisihkan untuk pernikahan mbakku, Andri.
'Aku ning methuk Bapak..', jawabku singkat.
Seketika itu juga Aku berpikir cepat. bagaimana mendapatkan uang saat itu juga. Untungnya, Aku memiliki rekening mata uang asing. Kuhubungi call center bank yang merupakan tempatku bekerja juga.
'Selamat malam, dengan Dimas bisa dibantu?', salam pembuka dengan aksen yang jawa medhok dan kental khas Jogja dari teman akrabku, Dimas, malam itu.
'Untungnya...', ungkapku dalam hati.
'Karyo..mau masuk phonebanking ya...', ujarku tergesa-gesa.
Seketika itu Dimas langsung mengenali dengan panggilan itu. Cuma Aku, Paijo dan Natali yang selalu manggil Dimas dengan Karyo. Nama aslinya Dimas Haryo. dan Aku ganti memanggilnya dengan Karyo.. great of me. heheh..dan diikuti oleh teman-temanku yang lain. heheh.
'elu cumie..halah-halah..malam-malam gangguin orang ajah dah...nomor phonebankingnya berapa?', tanyanya sesuai prosedur kerja.
Aku informasikan nomor phonebanking-ku. dan beberapa saat, Aku dipandu untuk meng-input pin nya. untuk bisa mengakses ke rekeningku dan melakukan transaksi.
'udah nih cumie..mo ngapain?', tanya santai.
'Karyo..mau jual semua forex ku yah.masukin ke rekening 68...', perintahku. Sebenarnya uang ini akan Aku pergunakan untuk biaya pernikahan mbakku. namun rencana tinggal rencana. Kenyataan sudah berbicara saat ini.
saat itu, Aku sudah tidak memikirkan pernikahan mbakku. Semoga ditunda.
'bentar ya cumie, kadang-kadang gak bisa kalau udah malam..semuanya nih?lagi BU yah lo..heheheh...', candanya.
Aku menunggu di ujung telepon dan mendengarkan suara Karyo yang membacakan instruksi untuk mentransfer semua mata uang asingku dengan rate saat itu juga.
'udah cumie..buat bayar hotel lu yaah..', tanyanya sambil tertawa
'ada lagi?', tanyanya santai namun sesuai prosedural kerja.
'Gak ada lagi karyo.Thanks ya..', ujarku sambil mematikan layanan tersebut.
Dana segar sekitar 2,5 juta langsung cair di rekening malam itu juga.
Aku menghubungi masku, Adi, saat itu juga.
Dua kali nada dering aku menunggu sebelum akhirnya diangkat oleh masku.
'piye mas..bapak dimakamin ning Klaten toh ?', jawabku langsung.
Diam..
'kayakne dik..', jawabnya.
'sopo ning arep methuk?aku arep golek tiket saiki..', ujarku pasti.
'ora ngerti.opo kowe wae yoh..?', tanyanya balik.
'moso Ibu ora methuk ning Medan ?', tanyaku.
'saiki aku ora ono duit cash dik.kowe iso pesenin tiket?',
'susah mas,dadakan koyo ngini.aku transfer duit wae yoo, mun ora akeh..',
'kabari wae yoo....', ujarku sambil menutup telepon.
Saat itu aku langsung keluar rumah, mencari ATM terdekat. Mengambil dana cash untuk membeli tiket dan mentransfer dana ke rekening masku, Adi.
Uang sejumlah itu pasti tidak cukup. Apalagi untuk dua orang. Ibu dan mas Adi. Miris.
Otakku langsung tertuju ke Paijo, untuk meminjam uang. Aku menceritakan apa yang aku alami saat ini. dan Paijo adalah orang pertama yang aku ceritakan. untuk meyakinkannya Aku memberikan jaminan dari gaji dan mencicil setiap bulannya. Pasti. Dana cash sejumlah 1,5 Juta langsung Aku dapatkan saat itu juga dan masuk ke rekeningku malam itu juga. thanks God.. Teman adalah harta berharga.
dan Aku pun mentransfer ke rekening mas Adi. sambil mencari agent penjualan tiket yang buka 24 jam.
nyesek tapi harus.
Hanya ada tiket one way Jakarta-medan seharga 1,3 juta yang masih tersisa. dari dua maskapai nasional yang paling banyak frekuensi penerbangannya ke Medan. harga tiket 2x lipat dari harga biasa. Maklum, mendadak. Beli jam 12 malam, dan berangkat untuk penerbangan pertama jam 6 pagi. Aku terdiam. harus berpikir cepat dan aku ambil tiket itu walau mahal.
malam itu aku tidak tidur. gelisah.
Aku persiapkan baju secukupnya karena tidak akan lama tinggal di Medan. Paling besok sudah kembali lagi ke Klaten.
Aku sms line manager-ku, tidak masuk kantor besok pagi karena bapakku meninggal di Medan. Setidaknya sudah tidak pikiran ke pekerjaan kantor lagi.
tak terasa sudah jam 4 pagi dan Aku harus persiapan ke bandara untuk penerbangan pertama ke Medan dengan maskapai Garuda Indonesia. Aku belum sempat pamitan dengan bulikku, Sri, karena terlalu pagi dan sungkan untuk membangunkannya. Aku sms saja nanti.
Sepanjang perjalanan, Aku dihubungi oleh mbakku, Sari, saling cerita. dan sesenggukan aku di dalam taksi. malu sih dengan supir tapi perasaan sedihku tidak dapat dibendung lagi. toh tidak kenal ini.. hari ini tepat hari ulang tahunnya. 25 Nov. Tak sanggup aku mengucapkan yang selalu Aku berikan, tapi tidak kuasa untuk hari ini.
'selamat ulang tahun, mbak..', ucapku.
'sedih dik..tapi matur nuwun..rasane tidak penting ucapan ini..keinget bapak..',jawabnya getir.
banyak ketakutan dan pertanyaan dalam diriku dan mbakku, Sari, saat itu. dimulai dari siapa yang akan memandikan bapak?, bajunya gimana?, sepatunya?, hingga rumah siapa yang akan membersihkan?. .. sedih..
Penerbangan dua jam dari bandara Soekarno-Hatta tidak terasa. akhirnya aku sampai juga di bandara Polonia Medan. karena bawaanku tidak banyak, jadi begitu Aku turun dari pesawat langsung, mencari taksi dan menginstruksikan ke kompleks rumahku yang tidak terlalu jauh dari bandara Polonia. Sekitar 20 menit.
Bendera kuning sudah dibentangkan di ujung jalan rumahku. taksi pun melaju melewati bendera kuning menuju rumahku yang berada di ujung jalan tersebut. jalan Geminastiti Timur K-492. itulah rumahku.
tenda sudah dipasang disana, dan sudah banyak orang duduk disana. Sepertinya semua menunggu Aku dan keluargaku. perlahan tapi pasti, taksi menuju tenda tersebut. Aku memberhentikan taksi kira-kira 10 meter dari rumahku. Membayar taksi sesuai tawar menawar tadi plus tipsnya. Dengan tarikan nafas panjang, Aku membuka pintu taksi.
'Tuhan, kuatkan hamba-Mu..', ungkapku dalam hati.
Semua yang duduk di kursi bernaungkan tenda langsung menoleh ke arah taksi. Menyaksikan siapa yang turun dari taksi.
Semua memandang namun terdiam.
Wajah-wajah yang duduk tersebut melihat iba ke arahku dan langsung berdiri. Dengan tas ranselku, aku menuju rumah kenanganku. Menyalami mereka. ungkapan bela sungkawa aku terima saat itu dari meraka. Aku tidak bisa mengingat semua siapa nama mereka. tapi ingat dengan wajahnya. Hanya beberapa yang Aku tahu.
Bisikan sayup-sayup aku dengar menginformasikan kalau Aku anaknya bapak yang meninggal saat ini. Terutama bagi mereka yang tidak mengenal aku lagi. Anak terakhirnya yang tinggal di Jakarta.
Sambil menegakkan kepala dan dada membusung, Aku menuju dalam rumahku. Senyumku tetap keluar dari bibirku walau terasa satir. Perih.
Tepat di depan pintu rumahku, Aku mendapatkan sesosok jenazah tertidur dalam kotak peti. wajahnya sangat Aku kenal. Wajah yang tertidur untuk selamanya sambil tersenyum dan tenang. Sebuah senyuman yang sama saat terakhir aku melihat senyum tulus di wajahnya saat natal tahun 2007. Senyum yang tulus dari hati.
Saat ini, Aku semakin tersadar, Aku kehilangan. tepat di depan mataku.
Aku terdiam sejenak. Seketika itu juga, Aku mendapatkan tubuhku dipeluk oleh orang yang sudah aku anggap sebagai paklik atau pamanku sendiri selama di Medan. paklik Tukiyo. Tidak ada ikatan hubungan darah, namun persaudaraan keluargaku dengan keluarganya sangat kental. Paklik Tukiyo sudah dianggap adik sendiri oleh bapak dan ibuku. Setiap ada masalah ataupun senang, pasti dua keluarga ini terlibat untuk ikut bersimpati. Saling menguatkan dan karena adanya persamaan suku dan juga asal daerah yang sama, Klaten, semakin mendekatkan dua keluarga ini.
Tubuhku lemas setelah melihat wajah Beliau yang tersenyum balik bagi yang melihatnya. ingin rasakan pingsan, tapi pelukan paklik Tukiyo menguatkan. seketika itu tanpa Aku sadari, air mata ku keluar dengan sendirinya tanpa bisa Aku tahan.
Aku menangis.
'paklik....', ucapku lemah sambil memeluk balik tubuh paklik Tukiyo. Aku tidak memperdulikan semua orang yang melihatku saat itu juga. Hatiku hancur dan Aku tidak kuasa.
'iyo le...sih sabar...', ujarnya sambil menepuk dadaku menenangkan.
cukup lama aku merasakan hangatnya pelukan yang menenangkan hatiku dari seorang paman. dan secara perlahan Aku mengurangi pelukan tersebut. Aku ingin mendekati jenazah Beliau.
Aku duduk. Aku sentuh dan elus berulang-ulang wajah indahnya.
'tenang sekali senyummu, pak?', rintihku dalam hati.
'maafkan mungkas tidak bisa berada di sampingmu disaat membutuhkan semalam...maafkan pak',rintihku.
Aku menarik nafas panjang untuk menenangkan jiwaku yang tidak stabil. Paklik Tukiyo berada disampingku,menguatkan.
handphoneku berbunyi dan ada notifikasi sms dari masku Adi.
sekarang berangkat dari Jogja, transit di Jakarta naik Lion Air.kira2 jam 1 siang nyampe Medan.gmn kondisi bapak?rumah?
langsung aku balas sms
Bapak apik kok.wis nganggo beskap.
Ya, Beliau sangat mencintai budayanya walau tinggal di Medan lebih dari 30 tahun. rasa cintanya itu tidak bisa hilang. dan itu diwujudkan hingga akhir hayatnya.
Berbagai cerita penyebab meninggalnya Beliau, Aku dengarkan. dari sumber berita langsung, mas Joseph.
Beliau korban tabrak lari oleh bus yang seharusnya tidak diperkenankan melewati jalan Abdullah Lubis. termasuk jalan protokol di tengah kota. tapi entah mengapa bisa kecolongan malam itu. Bapak selalu bersepeda ke tempat kerjanya, Pizza Hut, malam hari dan melewati jalan Abdullah lubis. Di lampu merah dan persimpangan antara jalan Abdullah Lubis dan Iskandar Muda, lampu masih berwarna merah. dan Beliau pasti meminggirkan sepedanya mendekati trotoar karena sadar, bahwa hanya mengendarai sepeda. Ketika lampu sudah hijau, dan bapak mendayung sepeda dengan perlahan, sebuah bus menabrak bapak dari belakang. bapak terhempas cukup jauh, dan kepala bagian belakang langsung menghantam aspal jalan.
karena jalan itu, jalan utama dan belum terlalu malam, sehingga masih banyak orang. Bapak langsung ditolong pedagang kaki lima yang ada di sekitar situ, dan pengemudi bus langsung ditahan. karena mencoba untuk lari.
karena hantaman yang cukup keras dan langsung mengenai kepala bagian belakang, bapakku tidak sadarkan diri. Langsung dibawa ke rumah sakit terdekat dengan Tempat Kejadian Perkara (TKP) yakni Rumah sakit Herna.
Menurut mereka, bapakku sudah ngorok sejak di TKP. ke rumah sakit juga tidak terlalu banyak menolong.
Tapi Aku berterimakasih dengan mereka yang sudah membantu walau tidak mengenal bapakku secara pribadi.
Entah sebuah pertanda atau kebetulan, bapakku selalu membawa KTP dan menginformasikan kalau tinggal di Kompleks KODAM sunggal. Pedagang kaki lima yang berada di dekat TKP mengenal seseorang yang disana. bang Anca. dan bang Anca langsung menghubungi mas Joseph karena satu gereja dengan bapakku.
Semua langsung berjalan cepat dan informasi langsung beredar dengan cepat.
Waktu sudah menunjukan siang hari. dan sms dari mas ku mengabarkan sedang di jalan menuju rumah.
Aku menunggu.
Berbagai sms dan telepon masuk ke handphoneku, mengucapkan turut berbelasungkawa. serta menanyakan kapan dan dimana Beliau akan dimakamkan.
Aku melihat taksi menuju rumahku, pasti ini Ibu dan mas Adi.
Kusambut Ibuku dan kupeluk. Aku menguatkan ibuku dan mendampinginya menuju jenazah bapakku. Masku berjalan di belakang.
'bapaaaaaaaaak.....', seketika pecah tangisan ibuku saat melihat wajah Beliau.
Aku tinggalkan ibuku di dalam rumah. Aku tidak ingin menangis lagi.
Aku mengobrol diluar dengan orang-orang yang baru Aku kenal ataupun sudah Aku kenal sebelumnya. dan juga memastikan proses kepulangan Beliau ke Klaten.
Tiket penerbangan hari ini, 25 Nov 2008, tidak ada. dan adanya besok. ya sudah, menginap 1 malam di Medan sambil mengadakan bedston malam penghiburan.
Semua saudara seimanku silih berganti datang untuk menguatkan Ibuku. ibuku yang sedang lemah. Sedih.
Aku tersadar, aku kehilangan semangat Ibuku yang luar biasa dan tidak mengenal lelah. Semangat yang biasanya menguatkan saudara-saudara seimannya. kini membutuhkan semangat itu ke dirinya sendiri.
Badanku tidak dapat menolak keletihan sangat. tidak tidur semalaman. Aku pun tertidur di kamar ku, disusul masku. disampingku. Aku merasakan kesedihan mas ku, walau tidak ditampakannya.
Akhirnya, waktu keberangkatan Keluargaku dari Medan untuk membawa jenazah menuju Klaten. penerbangan pagi menggunakan Sriwijaya Air.
Penerbangan Medan-Yogyakarta, memakan waktu cukup lama terutama untuk transit di bandara Soetta Jakarta. Hingga sore hari sekitar jam 3 baru tiba di jogja.
Butuh waktu sekitar 45 menit perjalanan, dari bandara Adi Sutjipto Yogyakarta menuju Klaten. Di bandara , Aku sudah dijemput oleh saudaraku sejak siang harinya.
Di rumahku, Klaten, semua sudah menunggu Aku,Ibu dan masku Adi yang menjemput jenazah bapakku. ternyata banyak yang melayat Beliau. termasuk saudara-saudara Beliau dari Magelang. Semua hadir.
Karena waktu sudah sore, sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk proses acara keagamaan. dan proses sebelum menutup peti mati tersebut untuk selamanya.
Tak terasa, Aku akan benar-benar kehilangan untuk terakhir kalinya. melihat wajah indahnya dengan senyum yang terlihat tenang.
'ya..bapak sudah senang disana..', gumamku dalam hati.
Rumah abadi Beliau sudah disiapkan. Rumah terakhir berukuran 2x1 dan akan dihuni selama-lamanya.
tak kuasa hatiku untuk melepaskan Beliau ketika peti mati itu mulai diturunkan ke dasar lubang makam. Hatiku hancur. sedih..
setelah proses ibadah selesai dan tanah sudah dilemparkan oleh pendeta Wiwik yang menandakan untuk menutup lubang makam tersebut.
Ingin rasanya menangis, tapi air mata ku kering.
dan senyuman itu hilang, namun tetap tinggal dalam ingatanku.
Aku tersadar Aku kehilangan pahlawanku, Bapakku.
tepat sudah 3 tahun berlalu, dan Aku masih mengingat senyum terindah yang pernah Aku lihat dari bapakku. Beliau adalah Bapakku dan juga Pahlawanku.
I love my Dad....
With life..
mks,
Jakarta, 25 Nov 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar