Paijo....
Mungkin nama ini terdengar jadul dan kampungan bagi orang yang mendengarnya. Tapi aku memberikan nama kepada teman yang sudah Aku anggap teman dekat like a hood deh... Seorang teman yang beberapa waktu sering menjadi tempat cerita tentang apa yang aku alami terutama tentang perasaan hatiku. Paijo bukan seorang pria, jadi Aku bisa menceritakan apa yang terjadi dan memberikan solusi atau versi dalam kacamata wanita.
Sebenarnya nama asli adalah Tia. Seseorang wanita kuntet alias kecil untuk ukuran tinggi badan manusia modern saat ini tapi semangat dan jiwa nya tinggi melebihi tinggi badannya. Itulah salah satu yang Aku kagum dari seorang Paijo.
Pertemananku dengan Paijo dimulai sejak bekerja di kantor yang sama dalam departemen yang sama dan mengalami perlakukan ketidakadilan yang sama oleh line manager. Aku dan Paijo sering merasakan intimidasi dalam pekerjaan, bukan karena profesional pekerjaan tapi sering kali karena hal-hal tidak penting dan bersifat subjektif. Ya, boleh dibilang senasib sepenanggungan.
Karena suatu dan lain hal, Aku dipindahkan ke departemen lain untuk meredamkan situasi kerja yang tidak kondusif lagi. Walau sudah dipindahkan, Aku dan Paijo tetap berkomunikasi. Kini Aku menjadi pendengar keluh kesahnya di tempat yang lama.
'cumie, gue kesel banget hari ini..', curhatnya kepadaku. Aku juga dipanggil "cumie" oleh teman-temanku entah karena apa. Aku pun lupa akan sejarah itu. dan Aku tidak terlalu memperdulikannya.
'kenapa lagi, Jo ..!',jawabku berusaha meredakan emosinya.
'kerjaan gue gak kelar-kelar, mana belum makan siang..arrgghhh..', jawabnya.
sambil kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 2.15 PM.
'heh..?kok bisa?yaudah ditinggal aja kali..kerjaan mah gak habis-habis kalo gitu..', jawabku berusaha menyemangati Paijo.
'mana bisa cumie..transaksinya gak bisa ditinggal, mereka mana mau ngerjain..',
Aku langsung tergugah dengan jawaban Paijo untuk mereka. Ya, aku pun menyadari bahwa saat ini di departemen itu semua orang akan pasang badan buat dirinya sendiri. dan tidak perduli dengan yang lain. Karena itu pulalah, Aku 'dipindahkan' ke departemen lain.
'Jadi, lu mau makan siang jam berapa?dah pesen makan juga?', tanyaku.
'tau deh...bentar lagi mungkin keluar diam-diam ajah..capek..',
'Oke deh..', jawabku dan seketika itu juga aku melihat status Sametime-nya away yang menandakan Paijo menutup screen komputernya.
Ada fasilitas seperti chat sesama karyawan di kantorku, Sametime. Mempersingkat waktu urusan pekerjaan dibandingkan dengan menelpon langsung dan bisa sekalian bercanda gurau dengan fasilitas ini.
Kedekatanku dengan Paijo saat itu bahkan dianggap lebih oleh teman-temanku yang lain. tapi itu tidak mungkin karena Aku menganggap Paijo sebagai teman. Banyak perbedaan untuk menjadi seorang teman 'dekat'. Jadi Aku dan Paijo hanya berteman tidak lebih.
Aku mengenal Paijo memiliki semangat untuk belajar yang tinggi dan terkadang tidak malu kalau dirinya tidak mengetahui apa yang belum dan kurang diketahuinya. Hari-hari nya banyak diisi dengan kegiatan-kegiatan yang penuh dengan tujuan. Bukan sekedar main-main. tengok saja, hari senin untuk les bahas Italia, rabu ikut club Toast Master, dan lain-lainnya.
Iri aku dibuatnya dengan apa yang dikerjakannya. Dan aku juga bingung menyimpulkan, bagaimana badannya bisa kuat dengan segala macam aktifitas yang berjubel di luar kantor. Satu pernyataan dari dirinya yang membuat Aku kagum dari Paijo.
Di klub ini juga, Paijo mendapatkan ilmu Public Speaking dan juga manner attitude. Sebenarnya, Aku pengen ikut tapi malu. akhirnya Aku tidak mendapatkan apa-apa. Ironis.
Aku tahu bahwa Paijo memiliki kebiasaan yang cukup mengganggunya. Bukan malu tapi telapak tangannya akan basah. Kertas yang dipegangnya akan lecek seketika kalau sudah melandanya. Semakin menjadi-jadi kalau dirinya menjadi fokus perhatian di depan umum. hehehe..
Selain ikut klub Toast Master, manusia kuntet ini juga ikut dalam less bahasa asing yang terasa asing bagi bangsa ini untuk dipelajari, bahasa Italia. Alasannya cukup aneh. Ingin menikah dengan pria bule, dari mana pun pria itu berasal. terutama pria Italia. hahaha.... Aneh tapi Paijo cukup pede dengan jawaban singkat, padat dan jelasnya mengapa hingga saat ini masih melajang. :)
'cumie..gue capek di sini..cukup buat gue..', laporan Paijo pagi-pagi cukup mengejutkanku.
'yakin lu, jo?sudah dipikirkan dengan matang-matang?',tanyaku.
'yup', jawabnya singkat.
Aku terdiam dengan jawabnya yang tegas dan pasti. Bukan sebuah keputusan main-main yang akan diambilnya. disamping belum mendapatkan pekerjaan baru di luar sana ataupun pria bule-nya untuk menyokong hidupnya sendiri.
'berat sih cumie, tapi gue udah gak tahan...',
'gue ngerasa gak dianggep lagi disini dan kerjaan gue gak di back-up dengan mereka..',
Aku tahu itu sungguh berat. Bukan karena akan kehilangan pekerjaan dan juga gaji setiap bulannya tapi juga akan kehilangan teman-teman di kantor.
'yasud..lu tau apa yang terbaik buat lu...tapi coba dipikir ulang lagi.sayangkan..disini sudah nyaman dan semuanya terjamin..', tahanku
'emang sih cumie, disini nyaman banget.saking nyamannya, lu gak akan berpikir dua kali untuk keluar bukan?', tanya baliknya ke Aku.
'iya..', jawabku.
'memang disini nyaman, tapi ada hal-hal yang gak bisa lu jual murah disini.kalau gue sudah tidak dianggap atas kerjaan gue dan selalu disalahkan ..ngapain gue disini lagi..capek hati aja..', keluhnya.
Aku terdiam.
Akhirnya moment farewell Paijo diadakan. Seperti sebuah kewajiban tidak tertulis, kalau seseorang yang resign akan diadakan farewell. Katanya sih buat kenang-kenangan. Karena tidak akan kembali lagi untuk esok hari.
Sedih namun senang. Dua sisi yang Aku rasakan saat ini.
Sedih karena akan kehilangan teman untuk bercerita dan menjadi tempat menerima cerita namun di lain sisi Aku senang karena Paijo akan menghilangkan aura negatif-nya yang sering mengeluh dengan segala sesuatunya di kantor. Be a good person out there. dan fokus melanjutkan sekolah S-2 di universitas terkemuka di Indonesia.
Setelah memberikan speech, Aku diberikan kesempatan tapi Aku tidak bisa memberikan speech di depan teman-teman ku di departemen yang lama. Aku sudah memberikannya via Sametime. Itu sudah cukup.
Selesai komunikasi di kantor bukan berarti selesai semuanya. Komunikasi dengan Paijo tetap ada, namun tidak seperti dulu saat masih di kantor yang sama.
Aku sibuk dengan pekerjaanku saat ini dan sedang menikmati pertemanan dengan Geng S, sedangkan Paijo mencoba usahanya sendiri. Usaha private bahasa Indonesia diperuntukan bagi expatriat di Jakarta, Bisa Bahasa. Lagi-lagi Aku terpukau dengan idenya untuk membuka les private bagi kaum expatriat.
'Jo,kenapa buka les Bisa Bahasa ?', tanyaku heran via Black berry messenger (BBM).
'biasa cumie, biar ada yang ketangkep cowo-cowo bule lha...hahahhaha', jawab sekenanya.
'masih ngarep?',
'ya, iyalah..lu pikiiiirrr....',
'Aku kira udah kelar tuh angan-angan.secara mana ada cowo bule yang mau sama lu..bukan nya memperbaiki keturunan malah merusak keturunannya kaleee....', candaku.
'hahaha..siaul lu cumie..',jawabnya sambil tertawa .
Tidak banyak percakapan via BBM antara Aku dan Paijo. Serta tidak rutin.
Sebagai teman, Aku mendukung semua usaha dan inisiatif nya dalam memulai usaha les bahasa asing Bisa Bahasa. Dan apabila sudah fokus ke suatu hal, Paijo tidak tanggung-tanggung. Segala usaha dan daya dilakukannya. Dari buku kurikulum hingga logo Bisa Bahasa untuk di pin dipikirkannya baik-baik. Ibaratnya dia sebagai Direktur umum. pemilik sekaligus kacungnya..heheh..tapi salut.
Sebuah ceruk pasar yang diambilnya ini penuh dengan resiko kegagalan yang tinggi, mengingat tidak semua expatriat ingin belajar bahasa Indonesia secara rutin. Karena menganggap, dengan bahasa Inggris saja sudah cukup. Tapi Paijo mencoba untuk hal itu.
Beberapa bulan sebelum membuka usaha les private nya, Paijo mendapatkan pekerjaan satu bulan setelah resign dari kantor ku. dan itu didapatnya dari koneksi teman sesama klub bahasa inggris Toast Master. tanpa perlu mengirimkan CV atau interview formal, Paijo mendapatkan pekerjaannya dengan mudah.
Waktu pun berlalu dan Aku sudah lama sekali tidak berkomunikasi dengan Paijo. tiba-tiba sebuah pesan BBM terlihat di layar blackberry-ku.
'cumie..gue udah kerja lagi..', pesan singkat BBM
sedikit bingung membaca pesan dari Paijo akan maksud dan artinya.
'kerja?lha..Bisa Bahasa-nya gmn?', tanyaku penuh curiga.
lama pesanku tidak dibalasa olehnya, entah karena sibuk atau apapun itu membuatku banyak pertanyaan dari pesan awal Paijo.
'iya..gue udah kerja, sebagai bisnis analis gitu deh..keren kan..',jawabnya.
'kerjaan apa tuh..?', tanya penasaran.
'ya..kayak analisis gitu..nyari dan cek semua informasi yang dibutuhkan client.keren kan gue..', pujinya seperti biasa menagung-agungkan dirinya.
'kok bisa ya..',gumamku tidak percaya.
'maksud luuuuu..',
'iya..kok ada yang mau nerima lu yah..!!hahahahaha...',balasku via bbm.
Aku sedikit meragukan kemampuan Paijo untuk menganalisis sesuatu, karena memang susah baginya sejak aku bekerja satu tim dengannya. Berbeda jika menjadi ijah alias customer service. Paijo akan all out. heheheh...[sorri Jo, you're so in being Ijah...]
'lu adalah orang pertama yang tahu kalau aku sudah kerja lagi.termasuk Komeng aja belum..',ungkapnya.
Waw, sebuah kehormatan bagiku. Menjadi teman yang dianggap dan mendapatkan berita baik untuk yang pertama dibandingkan dengan Komeng yang notabene temanku juga. Aku, Paijo dan Komeng merupakan teman akrab walaupun sudah tidak sekantor lagi. Komunikasi tetap terjalin. Berbeda dengan yang lain, apabila sudah tidak sekantor biasanya akan lost contact.
Kini Komeng telah sukses merintis usaha sendiri membuka Toko batik, Gendis Shop. Sebuah toko yang menjual kain batik dan jasa jahitan sekaligus.
With life..
Mks
Jakarta, 21 Jan 2012 23:10 WIB
Sebenarnya nama asli adalah Tia. Seseorang wanita kuntet alias kecil untuk ukuran tinggi badan manusia modern saat ini tapi semangat dan jiwa nya tinggi melebihi tinggi badannya. Itulah salah satu yang Aku kagum dari seorang Paijo.
Pertemananku dengan Paijo dimulai sejak bekerja di kantor yang sama dalam departemen yang sama dan mengalami perlakukan ketidakadilan yang sama oleh line manager. Aku dan Paijo sering merasakan intimidasi dalam pekerjaan, bukan karena profesional pekerjaan tapi sering kali karena hal-hal tidak penting dan bersifat subjektif. Ya, boleh dibilang senasib sepenanggungan.
Karena suatu dan lain hal, Aku dipindahkan ke departemen lain untuk meredamkan situasi kerja yang tidak kondusif lagi. Walau sudah dipindahkan, Aku dan Paijo tetap berkomunikasi. Kini Aku menjadi pendengar keluh kesahnya di tempat yang lama.
'cumie, gue kesel banget hari ini..', curhatnya kepadaku. Aku juga dipanggil "cumie" oleh teman-temanku entah karena apa. Aku pun lupa akan sejarah itu. dan Aku tidak terlalu memperdulikannya.
'kenapa lagi, Jo ..!',jawabku berusaha meredakan emosinya.
'kerjaan gue gak kelar-kelar, mana belum makan siang..arrgghhh..', jawabnya.
sambil kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 2.15 PM.
'heh..?kok bisa?yaudah ditinggal aja kali..kerjaan mah gak habis-habis kalo gitu..', jawabku berusaha menyemangati Paijo.
'mana bisa cumie..transaksinya gak bisa ditinggal, mereka mana mau ngerjain..',
Aku langsung tergugah dengan jawaban Paijo untuk mereka. Ya, aku pun menyadari bahwa saat ini di departemen itu semua orang akan pasang badan buat dirinya sendiri. dan tidak perduli dengan yang lain. Karena itu pulalah, Aku 'dipindahkan' ke departemen lain.
'Jadi, lu mau makan siang jam berapa?dah pesen makan juga?', tanyaku.
'tau deh...bentar lagi mungkin keluar diam-diam ajah..capek..',
'Oke deh..', jawabku dan seketika itu juga aku melihat status Sametime-nya away yang menandakan Paijo menutup screen komputernya.
Ada fasilitas seperti chat sesama karyawan di kantorku, Sametime. Mempersingkat waktu urusan pekerjaan dibandingkan dengan menelpon langsung dan bisa sekalian bercanda gurau dengan fasilitas ini.
Kedekatanku dengan Paijo saat itu bahkan dianggap lebih oleh teman-temanku yang lain. tapi itu tidak mungkin karena Aku menganggap Paijo sebagai teman. Banyak perbedaan untuk menjadi seorang teman 'dekat'. Jadi Aku dan Paijo hanya berteman tidak lebih.
Aku mengenal Paijo memiliki semangat untuk belajar yang tinggi dan terkadang tidak malu kalau dirinya tidak mengetahui apa yang belum dan kurang diketahuinya. Hari-hari nya banyak diisi dengan kegiatan-kegiatan yang penuh dengan tujuan. Bukan sekedar main-main. tengok saja, hari senin untuk les bahas Italia, rabu ikut club Toast Master, dan lain-lainnya.
Iri aku dibuatnya dengan apa yang dikerjakannya. Dan aku juga bingung menyimpulkan, bagaimana badannya bisa kuat dengan segala macam aktifitas yang berjubel di luar kantor. Satu pernyataan dari dirinya yang membuat Aku kagum dari Paijo.
Gue gak mau jadi biasa, jadi gue harus berteman dengan orang-orang yang luar biasa.Bukan sebuah alasan yang dibuat-buat tapi itulah yang dilakukannya. bergabung dalam sebuah klub bahasa inggris Toast Master dan aktif didalamnya, itulah yang dilakukannya. Sebuah klub yang berisikan tokoh-tokoh terkenal dalam negeri dan cukup berpengaruh dalam bidangnya masing-masing. seperti bapak Wardiman Djojonegoro.
Di klub ini juga, Paijo mendapatkan ilmu Public Speaking dan juga manner attitude. Sebenarnya, Aku pengen ikut tapi malu. akhirnya Aku tidak mendapatkan apa-apa. Ironis.
Aku tahu bahwa Paijo memiliki kebiasaan yang cukup mengganggunya. Bukan malu tapi telapak tangannya akan basah. Kertas yang dipegangnya akan lecek seketika kalau sudah melandanya. Semakin menjadi-jadi kalau dirinya menjadi fokus perhatian di depan umum. hehehe..
Selain ikut klub Toast Master, manusia kuntet ini juga ikut dalam less bahasa asing yang terasa asing bagi bangsa ini untuk dipelajari, bahasa Italia. Alasannya cukup aneh. Ingin menikah dengan pria bule, dari mana pun pria itu berasal. terutama pria Italia. hahaha.... Aneh tapi Paijo cukup pede dengan jawaban singkat, padat dan jelasnya mengapa hingga saat ini masih melajang. :)
'cumie..gue capek di sini..cukup buat gue..', laporan Paijo pagi-pagi cukup mengejutkanku.
'yakin lu, jo?sudah dipikirkan dengan matang-matang?',tanyaku.
'yup', jawabnya singkat.
Aku terdiam dengan jawabnya yang tegas dan pasti. Bukan sebuah keputusan main-main yang akan diambilnya. disamping belum mendapatkan pekerjaan baru di luar sana ataupun pria bule-nya untuk menyokong hidupnya sendiri.
'berat sih cumie, tapi gue udah gak tahan...',
'gue ngerasa gak dianggep lagi disini dan kerjaan gue gak di back-up dengan mereka..',
Aku tahu itu sungguh berat. Bukan karena akan kehilangan pekerjaan dan juga gaji setiap bulannya tapi juga akan kehilangan teman-teman di kantor.
'yasud..lu tau apa yang terbaik buat lu...tapi coba dipikir ulang lagi.sayangkan..disini sudah nyaman dan semuanya terjamin..', tahanku
'emang sih cumie, disini nyaman banget.saking nyamannya, lu gak akan berpikir dua kali untuk keluar bukan?', tanya baliknya ke Aku.
'iya..', jawabku.
'memang disini nyaman, tapi ada hal-hal yang gak bisa lu jual murah disini.kalau gue sudah tidak dianggap atas kerjaan gue dan selalu disalahkan ..ngapain gue disini lagi..capek hati aja..', keluhnya.
Aku terdiam.
"Kalau hidup cuma makan saja, gue gak khawatir. selagi masih bisa makan nasi dan garam dan berlindungkan atap, gue yakin Tuhan pasti menolong kok".Kembali aku terdiam dengan jawabannya.
Akhirnya moment farewell Paijo diadakan. Seperti sebuah kewajiban tidak tertulis, kalau seseorang yang resign akan diadakan farewell. Katanya sih buat kenang-kenangan. Karena tidak akan kembali lagi untuk esok hari.
Sedih namun senang. Dua sisi yang Aku rasakan saat ini.
Sedih karena akan kehilangan teman untuk bercerita dan menjadi tempat menerima cerita namun di lain sisi Aku senang karena Paijo akan menghilangkan aura negatif-nya yang sering mengeluh dengan segala sesuatunya di kantor. Be a good person out there. dan fokus melanjutkan sekolah S-2 di universitas terkemuka di Indonesia.
Setelah memberikan speech, Aku diberikan kesempatan tapi Aku tidak bisa memberikan speech di depan teman-teman ku di departemen yang lama. Aku sudah memberikannya via Sametime. Itu sudah cukup.
Selesai komunikasi di kantor bukan berarti selesai semuanya. Komunikasi dengan Paijo tetap ada, namun tidak seperti dulu saat masih di kantor yang sama.
Aku sibuk dengan pekerjaanku saat ini dan sedang menikmati pertemanan dengan Geng S, sedangkan Paijo mencoba usahanya sendiri. Usaha private bahasa Indonesia diperuntukan bagi expatriat di Jakarta, Bisa Bahasa. Lagi-lagi Aku terpukau dengan idenya untuk membuka les private bagi kaum expatriat.
'Jo,kenapa buka les Bisa Bahasa ?', tanyaku heran via Black berry messenger (BBM).
'biasa cumie, biar ada yang ketangkep cowo-cowo bule lha...hahahhaha', jawab sekenanya.
'masih ngarep?',
'ya, iyalah..lu pikiiiirrr....',
'Aku kira udah kelar tuh angan-angan.secara mana ada cowo bule yang mau sama lu..bukan nya memperbaiki keturunan malah merusak keturunannya kaleee....', candaku.
'hahaha..siaul lu cumie..',jawabnya sambil tertawa .
Tidak banyak percakapan via BBM antara Aku dan Paijo. Serta tidak rutin.
Sebagai teman, Aku mendukung semua usaha dan inisiatif nya dalam memulai usaha les bahasa asing Bisa Bahasa. Dan apabila sudah fokus ke suatu hal, Paijo tidak tanggung-tanggung. Segala usaha dan daya dilakukannya. Dari buku kurikulum hingga logo Bisa Bahasa untuk di pin dipikirkannya baik-baik. Ibaratnya dia sebagai Direktur umum. pemilik sekaligus kacungnya..heheh..tapi salut.
Sebuah ceruk pasar yang diambilnya ini penuh dengan resiko kegagalan yang tinggi, mengingat tidak semua expatriat ingin belajar bahasa Indonesia secara rutin. Karena menganggap, dengan bahasa Inggris saja sudah cukup. Tapi Paijo mencoba untuk hal itu.
Beberapa bulan sebelum membuka usaha les private nya, Paijo mendapatkan pekerjaan satu bulan setelah resign dari kantor ku. dan itu didapatnya dari koneksi teman sesama klub bahasa inggris Toast Master. tanpa perlu mengirimkan CV atau interview formal, Paijo mendapatkan pekerjaannya dengan mudah.
Semua ada jalan jika ada kemauan.Tidak semua orang akan mendapatkan kesempatan seperti itu. Segala prosesnya untuk mendapatkan teman yang luar biasa akhirnya memberikan kesempatan tersebut kepada Paijo. 'Selamat ya Jo...', ungkapku memberikan selamat setelah mengetahuinya sudah tidak terkatung-katung lagi.
Waktu pun berlalu dan Aku sudah lama sekali tidak berkomunikasi dengan Paijo. tiba-tiba sebuah pesan BBM terlihat di layar blackberry-ku.
'cumie..gue udah kerja lagi..', pesan singkat BBM
sedikit bingung membaca pesan dari Paijo akan maksud dan artinya.
'kerja?lha..Bisa Bahasa-nya gmn?', tanyaku penuh curiga.
lama pesanku tidak dibalasa olehnya, entah karena sibuk atau apapun itu membuatku banyak pertanyaan dari pesan awal Paijo.
'iya..gue udah kerja, sebagai bisnis analis gitu deh..keren kan..',jawabnya.
'kerjaan apa tuh..?', tanya penasaran.
'ya..kayak analisis gitu..nyari dan cek semua informasi yang dibutuhkan client.keren kan gue..', pujinya seperti biasa menagung-agungkan dirinya.
'kok bisa ya..',gumamku tidak percaya.
'maksud luuuuu..',
'iya..kok ada yang mau nerima lu yah..!!hahahahaha...',balasku via bbm.
Aku sedikit meragukan kemampuan Paijo untuk menganalisis sesuatu, karena memang susah baginya sejak aku bekerja satu tim dengannya. Berbeda jika menjadi ijah alias customer service. Paijo akan all out. heheheh...[sorri Jo, you're so in being Ijah...]
'lu adalah orang pertama yang tahu kalau aku sudah kerja lagi.termasuk Komeng aja belum..',ungkapnya.
Waw, sebuah kehormatan bagiku. Menjadi teman yang dianggap dan mendapatkan berita baik untuk yang pertama dibandingkan dengan Komeng yang notabene temanku juga. Aku, Paijo dan Komeng merupakan teman akrab walaupun sudah tidak sekantor lagi. Komunikasi tetap terjalin. Berbeda dengan yang lain, apabila sudah tidak sekantor biasanya akan lost contact.
Kini Komeng telah sukses merintis usaha sendiri membuka Toko batik, Gendis Shop. Sebuah toko yang menjual kain batik dan jasa jahitan sekaligus.
Sukses bukan berarti harus mendapatkan sebuah kenyamanan akan sebuah pekerjaan.
Sukses bisa didapatkan dimana saja, oleh siapa saja, dan kapan saja.
Untuk mendapatkan sukses, dibutuhkan sebuah usaha kerja keras 99% dan sedikit luck 1%.
Jangan takut untuk keluar dari sebuah comfort zone. Lakukan apa yang kamu sukai dan yang menjadi kekuatanmu.
With life..
Mks
Jakarta, 21 Jan 2012 23:10 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar