Minggu, 29 Januari 2012

GT Sunset Point

Perjalanan selama 45 menit menggunakan kapal tidak begitu terasa, karena hamparan laut yang sangat indah. Sebuah karya ciptaan Yang Maha Kuasa dan tiada taranya.Pulau yang dikenal dengan akronim TraMena. dan Aku kini ada di salah satu dari 3 gili itu. Dengan membayar Rp.10,000/orang, Aku sudah bisa menyeberang dari pelabuhan Bangsal menuju Gili Trawangan.  

Setelah melangkahkan kakiku pertama kali di Gili Trawangan menggunakan kapal nelayan biasa melalui pelabuhan Bangsal, Aku cukup terpukau. So quiet. Pulau yang benar-benar sepi namun benar-benar indah, terutama pantainya. Sebagai Beach catcher, Aku takjub dengan pemandangan ini. pantai berpasir putih dengan air laut hijau kebiru-biruan bahkan bisa melihat dasar lautnya. Bening. Priceless...


Kunjungan Pertamaku dan sesuatu yang pertama itu sangat berarti bagiku. 
 View pelabuhan di Gili Trawangan 

Pose sebentar setelah turun dari kapal 



Sebuah sambutan hangat dari pantai bening berpasir putih menyentuh kakiku kala akan turun dari kapal nelayan ini. begitu melangkahkan kaki, Aku melihat toko-toko, rumah makan, ataupun penginapan berada di depan mata. Ke timur atau ke barat kah yang jadi pilihan untuk menginap? hmmm....bingung bagiku yang baru pertama kali. 

namun setelah Aku melihat kalau ke arah timur, cenderung lebih sepi. Maka Aku putuskan ke barat saja. selain lebih ramai juga penginapannya lebih banyak pilihan. tinggal masuk ke jalan-jalan yang sudah ada dan rapi walau hanya beralaskan tanah yang rata. Aku langsung mencari penginapan dan langsung menuju ke barat dari pelabuhan Gili Trawangan. Aku melihat penginapan Klinik Plus. tidak jauh dari pinggir pantai atau pusat keramaian. 

Aku yang saat itu bersama dua orang temanku, langsung melihat penginapan tersebut. masih banyak kamar kosong karena bukan bulan libur sehingga banyak pilihan untuk dilihat. Akhirnya Aku memilih penginapan tersebut selain dekat dengan keramaian juga air yang tersedia juga air tawar. Awalnya rate penginapan tersebut Rp.300,000/malam namun setelah negosiasi dengan pemiliknya dibantu temanku yang asli pulau Lombok, harga per malamnya pun melunak. Rp.200,000/malam. lumayan mahal sih tapi not good lah..hehehe..

Aku akan berada di Gili Trawangan selama 2 malam, tapi Aku membayar DP dulu 1 malam. ya, sapa tahu akan menemukan penginapan yang lebih murah dengan air tawar pula. 

selepas meletakkan semua tas di kamar, Aku berjalan-jalan seputaran pusat keramaian yang mayoritas berada di dekat pelabuhan kapal. cukup aneh. Turis asing atau yang akrab dipanggil bule berseliweran di setiap sisi Gili Trawangan. merasakan suasana liburan di luar negeri tetapi di negeri sendiri. Kampung bule. rata-rata bule di Gili Trawangan tidak peduli dengan apa yang dikenakan. Pakaian minim karena memang untuk berenang dan berjemur serta bertelanjang dada sudah biasa terlihat disini.  

Penduduk asli Gili Trawangan yang mayoritas berdagang, juga tidak terlalu mempermasalahkan. salah satu efek dari globalisme akan industri pariwisata. budaya timur yang biasa menjadi pakem di Indonesia dengan tidak mengenakan pakaian minim terutama di tempat umum sepertinya sudah terkikis di Gili Trawangan. Miris dan Ironis tapi menjadi sebuah pemanis. 
Tapi Indonesia tidak bisa menutup diri akan hal ini. Jika ingin diketahui orang luas, harus mau membuka diri walau efeknya tidak selalu akan manis asalkan jiwa dan mental dari penduduk aslinya tetap menjaga diri, semua itu bisa dikendalikan.  

Aku menyakini itu bisa. dan PASTI bisa. Indonesia itu indah karena adanya perbedaan...ciyee...sedikit nasionalisme. 

walaupun banyak keluar masuknya wisatawan asing maupun domestik, tapi tingkat kriminalitas di Gili Trawangan relatif sedikit. bahkan semua harus diselesaikan di Gili Trawangan. tidak harus ke pinggir pulau, Bangsal. Jangan harapkan bisa pulang dengan tenang jika ada yang melakukan kriminalitas di Gili Trawangan, bahkan tidak sedikit yang pulang tinggal nama dan langsung dikirim ke bangsal. Mayoritas yang melakukan itu adalah penduduk luar Gili Trawangan, begitu yang Aku dengar dari penduduk asli Gili Trawangan. selain itu jangan khawatir akan kehilangan barang walau seperti dompet maupun benda-benda penting lainnya, karena tidak akan hilang. Akan dikembalikan apabila ada yang menemukan.  

Adanya satuan petugas pengamanan pulau yang mayoritas penduduk asli Gili Trawangan mengawasi dan menjaga keamanan di Gili Trawangan sehingga semua wisatawan terutama asing merasa aman walau di tengah-tengah pulau kecil. tidak terasing. 

Karena ingin mengetahui seluruh wilayah Gili Trawangan terutama untuk menyaksikan seluruh pantai sebagai beach catcher terutama sunset maka Aku menyewa sepeda dengan tarif Rp.30,000/Hari. biasanya sekitar Rp.50,000/hari tapi dengan bantuan teman asli pulau Lombok, harganya menjadi dipermudah. hohoho.....

Melewati jalan yang cukup bagus di dekat pelabuhan Gili Trawangan dan melihat di sisi kiri jalan, banyak klub atau bar seperti Jala-jala atau Reggae bar tidak salah jika Gili Trawangan dikenal sebagai Party island. Selain itu ada banyak pihak yang menyediakan jasa serta fasilitas untuk diving. Plus lengkap dengan instrukturnya yang notabene orang asing juga. heheh...

Selain banyak spot untuk snorkling yang bagus, Diving adalah pilihan wajib bagi pencinta kehidupan bawah laut. sayangnya Aku tdiak sempet mencicipi ini, karena kondisi badan yang kurang bertenaga setelah naik Gunung Rinjani sebelumnya. Padahal dalam itenary, Diving di Gili Trawangan menjadi salah satu listnya. sedih.

Remember this view ?
Arisan 2!


Sekitar satu jam Aku mengitari Gili Trawangan dan akhirnya berakhir di best spot menurutku. Sunset Point. Apabila Anda pernah menonton Arisan 2!, sebuah film terbaru dari sutradara Nia Dinata, Sunset point ada dalam film tersebut. awesome..

Sunset view at Sunset Point, Gili Trawangan


Menurut cerita penduduk asli Gili Trawangan, sunset point didirikan oleh seorang pengusaha dari surabaya (katanya...kalau tidak salah). Konon hal buruk menimpa pengusaha tersebut saat peresmian awal tempat hiburan dan penginapannya. Walaupun banyak dikunjungi oleh wisatawan asing, namun nilai-nilai luhur nenek moyang masih dipegang teguh. dan inilah yang dilanggar oleh pengusaha tersebut.

Konon saat pembukaan tempat hiburannya, pengusaha tersebut mengundang penari erotis dan telanjang. Walaupun sudah diingatkan oleh pemuka adat di Gili Trawangan, namun tidak diindahkan sang pengusaha tersebut. tak dinyana, musibah menimpa pengusaha tersebut dan penari tersebut. Menurut cerita, pengusaha tersebut 'diganggu' sehingga menjadi gila begitu juga dengan penari telanjang tersebut. dan jadilah, tempat hiburan tersebut menjadi tidak terawat. 

Hingga saat ini, bangunan berupa kamar penginapan serta tempat hiburan masih ada di Sunset point tersebut. Teronggok dan tidak terawat. sungguh disayangkan. padahal view disini, merupakan yang terbaik untuk menyaksikan sunset di Gili Trawangan. sehingga tidak heran apabila menjelang senja, banyak wisatawan baik lokal maupun asing bergerak menuju Sunset point walau hanya untuk melihat matahari menghilang di ufuk horizon atau sekalian untuk berfoto. mengabadikan moment indah. 


Sunset view with Gunung Agung Bali Background


Saranku, untuk mendapatkan moment terbaik terutama saat tidak hujan, datanglah sekitar jam 3 siang. moment terbaik akan bisa didapatkan sekitar 1 jam saja. Jam 4 hingga jam 5. That's the best shot time that you could get it there


Tidak jauh dari Sunset point tersebut, kini hadir sebuah bar yakni Paradise Sunset Bar. Bar yang tidak jauh dari sunset point serta memperdengarkan musik yang cukup keras menjelang sore menuju malam. pertanda bahwa Get the party started.....


Paradise Sunset Bar



Ketika malam sudah menjelang, saatnya Aku pergi meninggalkan sunset point. Kembali ke penginapan untuk mandi dan akan keluar untuk mencari kehidupan malam di Gili Trawangan. 






with Leisure, 




Mks
Sunset Point, Gili Trawangan, April 2011 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar