Sabtu, 14 April 2012

Semalam di Bromo


Perjalanan jalan-jalan saya akhirnya menuju titik kedua yakni Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). 

Sebuah kawasan wisata di Jawa Timur yang sangat disayangkan jika tidak mengunjungi nya. Kawasan Wisata Alam Taman Nasional Bromo-Semeru. Apalagi ditambah dengan kondisi udara yang masih segar, dingin dan alam pegunungan yang menawan.





Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar dan berada pada ketinggian 2392 m diatas permukaan laut. Pegunungan Bromo-Semeru, merupakan pegunungan yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Bahkan sempat ditutup karena aktifitasnya yang diluar batas normal. Namun, kawasan wisata ini menjanjikan sebuah keindahan yang tak bisa anda temui di tempat lain. Priceless. Dari puncak gunung berapi yang masih aktif ini, anda bisa menikmati hamparan lautan pasir seluas 10km persegi, dan menyaksikan kemegahan gunung Semeru yang menjulang menembus awan. Anda juga bisa menatap indahnya matahari beranjak keluar dari peraduannya. Terutama menunggu sang mentari muncul di pagi hari. Sunrise

Di kawasan Bromo-Semeru, Anda dapat upacara ibadah suku asli Tengger jika Anda datang di waktu yang tepat, Upacara Kesodo. Sebuah upacara yang biasa dimulai pada saat tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kesodo [ke-sepuluh] menurut penanggalan Jawa. Upacara Kesodo merupakan upacara untuk memohon panen yang berlimpah atau meminta tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit, yaitu dengan cara mempersembahkan sesaji dengan melemparkannya ke kawah Gunung Bromo. Saat prosesi berlangsung, masyarakat Tengger lainnya beramai-ramai menuruni tebing kawah dan sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah, sebagai perlambang berkah dari Yang Maha Kuasa. 


Karena mayoritas suku tengger beragama hindu, ketika saya telah tiba di kawasan ini untuk jalan-jalan, saya melewati upacara yang menurut tour guide atau supir yang menginformasikan kepada saya kalau jumat minggu kemarin, Hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1934, kawasan Bromo-Semeru tumpah ruah oleh wisatawan yang menyaksikan ibadah suku tengger di Bromo. Sedikit aneh tapi saya anggap itu sebuah berita benar. ^.^. 



Ketika Anda sudah berada di kawasan ini, ada beberapa lokasi/obyek yang layak untuk Anda dikunjungi yakni Laut Pasir Tengger dan Gunung Bromo. Disini Anda dapat berkuda dan mendaki gunung Bromo melalui tangga dan melihat matahari terbit. tentunya dengan menyewa kuda dari penduduk setempat. Hal yang perlu diperhatikan adalah maksimalkan kemampuan Anda untuk menawar tapi jangan afganisme ya [sadis]. Objek lain adalah Pananjakan. Anda dapat melihat panorama alam gunung Bromo, gunung Batok dan gunung Semeru secara berdekatan bak foto hidup. Keindahan guratan mentari pagi menambah keistimewaan saat Anda berada disini. Selain itu, ada juga Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan Puncak Gunung Semeru. Danau-danau yang sangat dingin dan selalu berkabut (± 2.200 m. dpl) sering digunakan sebagai tempat transit pendaki Gunung Semeru (3.676 m. dpl). Sayangnya saya tidak sempat ke objek ini karena keterbatasan waktu. 

Anda dapat mencapai daerah ini dengan menggunakan mobil pribadi ataupun menyewa kendaraan. Ada empat pintu gerbang utama untuk memasuki kawasan taman nasional ini yaitu: desa Cemorolawang jika melalui jalur Probolinggo, desa Wonokitri dengan jalur Pasuruan, desa Ngadas dari jalur Malang dan desa Burno adalah jalur Lumajang. Saran saya ketika Anda berada di Cemorolawang dan ingin menuju kawasan Pananjakan pergunakan Jeep karena lebih murah jika dibandingkan dengan menyewa ojek. Pengalaman saya ketika saya jalan-jalan di Bromo, kondisi medan yang baru beberapa hari lalu longsor sehingga memaksa saya menggunakan ojek. Sewanya cukup menguras kantong, Rp.100.000 untuk jarak yang tidak terlalu jauh namun cukup menanjak memang. Dan itu pun tidak langsung menuju Pananjakan. Saya harus mendaki lagi untuk bisa sampai ke Panajakan (setengah perjalanan). Hmm... alhasil, saya harus menyewa ojek lagi dari titik setengah Pananjakan menuju view Pananjakan yang asli dan membayar Rp.100.000 [lagi]. Semua terbayarkan ketika saya sudah melihat mentari bersinar dengan cantik. 






Anda tidak perlu khawatir dengan penginapan. Berbagai hotel dan penginapan dapat ditemukan disekitar area Taman Nasional Bromo-Semeru, mulai dari losmen sampai dengan hotel berbintang 4 dapat di jadikan pilihan untuk menginap di Bromo. Rata rata setiap hotel memasang tarif yang terjangkau. Kecuali peak season. Tempat menginap saya saat jalan-jalan di Bromo-Semeru berkisar Rp.200.000 untuk 1 kamar yang dapat diisi dengan 6 orang. Tergolong murah untuk saya yang saat itu datang dengan teman-teman komunitas backpacker dari Jakarta. 

Ohiya, Di Panajakan, Anda dapat membeli oleh-oleh atau cinderamata di sekitar point area yang biasa digunakan untuk melihat matahari terbit. Di area ini banyak terdapat kios cinderamata yang menjajakan dagangan mereka seperti kaos atau t-shirt, topi kupluk, syal dan lainnya. Selain itu, di sekitar area laut pasir juga terdapat beberapa penjaja cinderamata yang menjual kaos atau t-shirt yang bertuliskan Gunung Bromo-Semeru. Dan harus maksimalkan untuk menawar agar mendapatkan harga yang 'pantas'. Atau jika Anda lebih tertarik dengan hal-hal yang berbau alami, replika eidelweis dapat ada temukan dijual bebas dekat kawah. Harga berkisar Rp.5.000/ikatnya. 


Sayangnya saya hanya menghabiskan waktu semalam di Bromo tapi apa yang saya dapatkan melebihi dari semalam itu. 






With Leisure




MKS
Bromo 30 Maret 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar