Jumat, 22 Juni 2012

Titipan Ilahi..

Apa yang ada di pikiran Anda ketika melihat serta membaca sepenggal phrasa yang tertulis dalam photo ini ?. TITIPAN ILAHI. Mungkin sebagian dari Anda akan mengatakan "Itu hanya sebuah tulisan di kapal..", "Nama kapal..", atau mungkin "iseng-isengnya sang nahkoda untuk menamai kapalnya..". Namun, bagi saya, phrasa ini seperti menegaskan saya untuk selalu mengingat akan kuasa Sang Pencipta bahwa saya, kita dan kehidupan ini adalah sebuah hubungan yang tidak bisa untuk dipisahkan. Berkaitan. Sinergi. Semua harus berjalan sinkron di jalurnya masing-masing. Tidak bisa dicerai-beraikan. Apabila sudah tidak berkaitan maka selesai sudah kehidupan ini. Kehidupan ini seperti sebuah 'barang' yang diberikan oleh Sang Pencipta untuk dijalankan oleh umat-umatnya di dunia. Semua ada waktunya dan selama 'waktu'nya itu diberikan menjadikan 'barang' tersebut seperti sementara. Ada sebuah batasan akan waktu. 


Menjadi sebuah bagian dalam sebuah kehidupan Sang Pencipta menjadikan kita tersadar bahwa kita bisa dan harus menjadi lebih baik.





Ketika saya ditanyakan, mengapa dan kehidupan yang bagaimana yang diinginkan selama ini ?. Saya hanya bisa mengatakan bahwa saya ingin menjalankan semua hal yang terbaik untuk bagian-bagian dari kehidupan saya yang Sang Pencipta titipkan kepada saya. 


Kehidupan itu seperti sebuah perjalanan bak sebuah roda berjalan. Dinamis dan tidak pernah menetap dalam suatu sisi saja. Berputar sesuai waktunya. Bagian kehidupan kita yakni Nafas, Rejeki, Jodoh, serta Maut diberikan kepada kita sesuai dengan 'waktu'nya. Kita tidak pernah mengetahui kapan hal ini akan diberi atau akan diambil kembali. Namun, saya memastikan bahwa semua yang diberikan dan semua yang diambil kepada kita merupakan bagian yang terbaik dari sebuah kehidupan. Kita tidak bisa dan tidak boleh mengeluh karena ini hanyalah sebuah Titipan dari sang Ilahi. Kita hanya bisa menjalankannya. Semua ada waktunya. Tidak terbantahkan. Tidak tahu kapan namun harus siap kapan pun itu terjadi. 


Apabila sesuatu kejadian yang mungkin kita rasakan sebagai hal yang terburuk dalam kehidupan kita, entah itu kehilangan posisi atau jabatan, harta benda, kehilangan pekerjaan atau sanak famili. Itu bukanlah menjadi sebuah akhir dari semuanya. Bukan akhir dari kehidupan. Melainkan itu adalah awal dari sebuah proses kehidupan untuk manusia mengambil hikmah dan belajar untuk selalu bersyukur terutama di saat-saat terburuk. Bukan hanya saat mengalami senang, kita akan lupa dan hanya ingat saat terpuruk. Ketika hal itu sudah terjadi, manusia kembali diingatkan bahwa kuasa Sang Pencipta tidak terukur dan dahsyat. Semua bisa dibalikkan dalam sekejap mata karena ini hanyalah sebuah titipan. 


Sang Pencipta memberikan kita sebuah 'waktu' untuk mencari hingga menemukan 'sesuatu' yang memang kita cari di dunia ini. Menjadi bagian proses itulah yang menurut saya 'sesuatu' itu. Bahkan sekedar hasil itu tidak lebih penting dibandingkan dengan proses. 'Sesuatu' untuk berusaha dan 'Sesuatu' untuk selalu bersyukur di saat-saat apapun. 


Terkadang saya tidak habis pikir dengan saudara-saudara saya yang sering menyalahkan Sang Pencipta ketika mereka mendapat godaan dalam kehidupannya. Bahkan mereka hanya bisa mengeluh dan mengeluh serta menyalahkan. Manusia terkadang lupa untuk bercermin untuk selalu diingatkan kembali bahwa kehidupan ini cuma sementara. Lakukanlah 'Sesuatu' itu dan jangan menganggap kalau Sang Pencipta sudah menjatuhkan tulah terburuk untuk kehidupan mereka. 

Di samping itu, kehidupan ini seperti sebuah lakon dalam sebuah drama kehidupan. Kita berperan sebagai aktor. Proses sebagai aktor hingga menjadi seorang sutradara. Terkadang menjadi seseorang yang protagonis atau kemudian menjadi antagonis. Hidup bak sebuah drama yang membutuhkan topeng untuk setiap episodenya namun sebuah kejujuran dengan topeng asli itu yang paling diperlukan. Kita tidak akan mendapatkan jawaban akhir dari drama tersebut dengan mudah dan pasti. Karena lagi-lagi, Sang Pencipta memberikan kita 'waktu' untuk mencari sendiri dan menemukan jawaban atas apa yang sudah diberikan-Nya. Jawaban hidup tidak harus melulu terpatok dengan hasil akhir yang indah bak cerita Cinderela. Setiap orang mempunyai dramanya masing-masing. 


Hidup itu memang tidak mudah, oleh karena itu kita harus mencarinya agar menjadi lebih mudah dengan 'cara' kita. Ketika kita memulai kehidupan ini dari seorang bayi, kita diajarkan untuk beradaptasi dengan segala hal-hal baru di dunia ini. Mencari 'sang ibu' ,sang pemberi kehidupan, hanya dengan insting mulut. Sang bayi tidak pernah bertanya kepada si ibu "Ibu, bagaimana caraku untuk menemukan 'sang ibu' ?. Tidak pernah. Sang bayi hanya mengikuti insting atau naluri saja. Jika tidak mengikuti nalurinya untuk mencari 'sang ibu' maka sang bayi akan kelaparan. Semua berjalan sesuai 'waktu' nya dan kita dihadapkan untuk selalu siap dengan hal-hal yang sudah ada serta hal barunya. 


Sebagai manusia, Saya dan Kita, harus selalu buka mata untuk melihat setiap realita dan mengambil hikmah terbaiknya, harus selalu buka telinga untuk mendengarkan segala percakapan dan menyaring bagian termerdunya, serta harus selalu buka mulut untuk menyampaikan 'Sesuatu' dan menyuarakan bagian termerdunya. 


Kehidupan ini hanya sementara, namun jangan jadikan kesementaraan itu sebagai alasan untuk berpikiran dangkal. Lakukan sesuatu yang dirasakan bernilai lebih tanpa melihat apa yang dilakukan orang lain serta hasilnya. 

Setiap manusia ada 'waktu'nya karena semua hanyalah sebuah Titipan dari Sang Ilahi. 




With Life, 


MKS
Jakarta, 22 June 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar