Jumat, 25 Mei 2012

"Hello..Mister..."

Pulau SIATU - Indonesia itu memang kaya. Sangat. Terutama dengan alamnya yang beragam dan memiliki keunikan dibandingkan dengan negara lainnya. Salah satunya ada sebuah mutiara yang masih belum berpendar di teluk Tomini. 



Wilayah teluk Tomini yang berair tenang menyimpan sebuah misteri di didalamnya. Kepulauan Togean. Puluhan pulau-pulau cantik masih malu-malu menampakkan wajahnya. Wajah nan rupawan. Untuk kali ini, saya berkesempatan mengunjungi pulau Siatu. Pulau yang mayoritas dihuni oleh suku Bajo. Saya mengunjungi pulau ini bersama 3 orang teman bule saya, Tania (Austria), Pierre dan Baptiste (Prancis). Kita berkenalan di atas ketingting karena sama-sama ikut sebuah island camping tripKetingting merupakan bahasa asli Togean yang sama artinya dengan kapal motor kecil yang biasa dipergunakan untuk menangkap ikan. 



Saya sendiri adalah turis domestik selain guide dan supir ketingting-nya. merasakan bak seorang Bule di negeri sendiri

Hari menjelang sore, ketingting kami singgah ke pulau Siatu untuk membeli ikan untuk makan malam kami di pulau sebelah sambil camping. Sesampainya ketingting kami menepi di pulau Siatu, puluhan anak-anak suku Bajo mengerumuni kami. Mereka merasa takjub karena ada yang singgah ke pulau mereka, pulau Siatu. Apalagi turis asing alias Bule. Karena saya, sudah 1 minggu jalan-jalan di bawah terik matahari dan baru 2 hari di kepulauan Togean menjadikan kulit saya terlihat eksotis (hitam, red). Seperti bule juga sih, tapi dari bukan dari benua biru. Bagi ketiga teman saya, masalah perbedaan kulit bukan menjadi sebuah hal yang layak dijadikan pemisah dan diskriminasi. 

Sambutan puluhan anak-anak suku Bajo ini cukup hangat. Sering kali mereka memanggil kami dengan 'Mister'. atau 'Misis'. Sebuah panggilan untuk mengajak kami agar lebih dekat dengan mereka. Tanpa sungkan mereka mendekat dan menunjukkan kemampuan mereka kepada kami. entah itu berenang ataupun lainnya. Tawa canda mereka dalam bahasa Bajo yang kami tidak mengerti maksud dan artinya namun bahasa tubuh mereka mengajak kami untuk lebih intens dengan mereka. Bahkan kemanapun kami berjalan, selalu diikuti oleh mereka. karena saya dan ketiga teman saya membawa kamera, anak-anak suku Bajo ini tidak sungkan untuk meminta photo.."mister..mister...photo..photo...", ajak mereka sambil bergaya dan tertawa kemudian diikuti oleh teman-temannya yang lain. 


Klub liga Inggris, Chelsea, sudah menyapa anak suku Bajo


'ow.., narsis juga yah anak-anak suku Bajo ini..'. Tapi itu bukan sebuah masalah yang besar, malahan itu menandakan bahwa mereka dan kami tidak ada jarak walaupun baru pertama kali untuk bertemu. Sebuah keramah-tamahan yang alami yang jarang saya temukan di negara saya sendiri terutama di kota besar seperti, Jakarta. Senyum polos dan tanpa kepalsuan terpancarkan dari raut wajah anak-anak suku Bajo di pulau Siatu ini. 



Melihat kultural suku Bajo di pulau Siatu yang ramah dengan canda tawanya kepada kami, sehingga saya dapat merasakan sendiri bahwa bangsa saya, Indonesia, memang terkenal dengan keramah-tamahannya. Serta memang pantas jika bangsa lain menjuluki Indonesia sebagai bangsa yang ramah. namun 'Apakah keramah-tamahan ini muncul karena berada di sebuah pulau terpencil nun jauh di sana?'. 'Bagaimana dengan kota-kota lain terutama di kota besar ?'. Saya merasakan sendiri hampir tidak terlihat keramah-tamahan itu. menyedihkan. 


Semoga bangsa Indonesia yang sudah dikenal luas oleh masyarakat dunia dengan keramahannya tidak terkikis oleh jaman dan larut dalam peradaban. 


Selamat Jalan-jalan dan selamat melakukan perjalanan. 






With Leisure, 




MKS
Pulau Siatu, 3 April 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar