Kamis, 08 Maret 2012

Undangan tanpa Tujuan

Selasa.

15.13 WIB


Hari ini saya tidak punya acara setelah pulang kantor. Jam-jam menjelang pulang sekitar jam 3 siang, ada sebuah pesan instant masuk dari teman kantor saya. Kedip-kedip. Pesan instant yang ada di kantor saya, proses kerjanya mirip bahkan sama dengan aplikasi pesan instant yang sudah familiar oleh masyarakat umum sebelumnya seperti Yahoo Messengger, GTalk, Msn dan lain-lain. Pesan tersebut ibarat undangan resmi yang menginformasikan kalau teman saya yang lain --berita mulut ke mulut--, mengundang saya dan teman-teman yang lain ke apartemennya. Ketika saya menanyakan maksud dan gerangan mengundang ke apartemennya, saya tidak mendapatkan sebuah alasan yang kuat. 'Pokoknya Datang'


Sebagai seorang yang suka bertanya untuk sesuatu hal yang belum saya pahami dengan jelas,  saya bertanya lagi dengan teman saya yang kenal dan juga termasuk salah satu yang diundang datang. kembali saya tidak menemukan jawaban. Tidak ada. Dan saya hanya bisa berasumsi kalau undangan malam ini sepulang kantor ke rumahnya untuk acara Aqiqah anaknya. hanya asumsi. Hanya sebuah pertanyaan saya yang muncul lagi  'tapi sudah lebih dari 40 hari..., Aqiqah masih berlaku yah?'. Sekali lagi, karena saya tidak faham dengan acara seperti ini dan berkaitan dengan keagamaan dan saya hanya diam. Tidak bertanya lebih. 

Jadilah saya datang ke apartemen teman saya. 
Sepasang suami istri baru yang keduanya merupakan rekan sekerja saya terdahulu di departemen yang sama di sebuah instansi finansial. Memiliki teman yang sudah menikah, di satu sisi menjadikan saya iri namun di sisi lain memuakkan. Bak buah simalakama. Menjadi orang tua di usia muda memberikan efek positif bagi perkembangan anak nantinya [katanya orang tua dulu], namun menjadi muak ketika kenyataannya saya belum di posisi itu. selalu menjadi pertanyaan pembuka yang memuakkan. ah...

Hidup di kota sebesar sekelas Jakarta, secara tidak langsung nilai-nilai ketimuran sedikit berkurang terutama bagi generasi baby boomers saat ini. Mengapa saya katakan demikan?. Sebuah kejanggalan pertama sudah saya rasakan atas undangan ini.  Dalam didikan keluarga saya dan masih terpatri hingga saat ini terutama adat istiadat budaya Jawa, apabila ingin mengundang seseorang, alangkah baik dan beretikanya jika yang melaksanakan hajatan menginformasikan secara langsung. Nilai yang dirasakan akan terasa lebih bagi orang yang diundang karena merasa dihargai. tapi tidak untuk kali ini. Undangan hanya berupa pesan mulut ke mulut tanpa sebuah kejelasan. 

Aneh


18.00 WIB

Setelah memastikan teman-teman saya sudah menuju ke arah apartemen sepasang keluarga muda ini, saya memacu motor saya meninggalkan gedung kantor saya. Tidak mengebut namun juga tidak santai.  Kondisi jalan utama di Jakarta selepas keluar gedung kantor saya selalu macet di jam-jam utama pulang kerja. Setiap hari. Macet tak terkendali. Jarak yang tidak terlalu jauh dan juga teman-teman saya menggunakan taksi menuju apartemen itu, menjadikan alasan lain untuk tidak terburu-buru sampai ke sana. Metode para bikers tidak bisa dilaksanakan di jam-jam saat ini. GPRS.

Gas Pol Rem Sedikit. 


18.50 WIB

Sesampai di apartemen, suasana ramai dan bercengkrama dengan si empunya. Ingin bertanya namun tidak sanggup menanyakan langsung. Diam saja. Kejanggalan berikutnya pun menampakan aslinya. Menurut informasi awal yang saya terima, akan ada acara makan-makan dan katanya pizza. Lumayan untuk mengganjal perut sebentar. namun, alih-alih si empunya tempat dan acara sudah makan malam duluan. Lho...?. Saya hanya bisa tersenyum kecut. Bak seekor kuda yang terpecut. Sepengetahuan tata krama saya yang diajarkan orang tua saya, apabila mengundang tamu ke rumah seharusnya disediakan makanan atau minuman. Walaupun awalnya terkesan basa-basi. tapi itu menjadi sebuah paket wajib. Apalagi mengundang hingga ke rumah. Saya hanya bisa mengambil nilai positifnya, 'mungkin harus self service ya..'. Si empunya menganggap saya dan teman-tem0an bukan sebagai tamu dan 'pemilik' apartemen ini juga. jadi semua yang ada dan terlihat di dalam apartemen ini merupakan milik tamu juga. Wokehlah kalau begitu. 

Aneh


19.15 WIB

Sesampai di apartemen, saya hanya duduk. Tempat yang tidak terlalu besar dengan kapasitas orang yang banyak senja itu menjadikan seperti sesak. Jika nambah orang lagi mungkin akan mendapatkan serangan jantung. Ingin menanyakan langsung tapi tidak cukup kuasa. Teringat dulu, saya pernah mengalami hal yang tidak mengenakan dengan si empunya tempat dan acara karena dianggap terlalu 'lancang'. Jadilah saya hanya duduk dan sibuk dengan Blackberry saya. Sibuk memancing sinyal yang byar pet di apartemen ini. 

Semakin saya bertanya-tanya lebih lagi tapi hanya dalam hati. Si empunya sibuk dengan games Play Station-nya. Lho...?.  "Ini sebenarnya ada acara apa toh? mengundang tapi yang si empunya tempat sibuk sendiri dengan games-nya".  Kejanggalan yang semakin aneh. ini tidak benar dan benar-benar tidak masuk akal. Rasanya sia-sia saya menuju ke apartemen ini. Saya tidak mengharapkan makan malam gratis, tapi alangkah baiknya jika si empunya yang mengundang memberitahu tujuan dari undangannya. Sekali lagi diam. 

Perut semakin tidak terkontrol karena sudah waktunya mendapat asupan. Letih sepulang kerja dan lapar selepas magrib menjadikan dua momok terbesar saya di jam-jam seperti ini. 

Ini tidak benar. Dan tidak perlu berlama-lama, rasanya keriaan ini tidak bisa dilanjutkan. Saatnya pulang.  'Pokoknya Datang' namun tidak mendapatkan sebuah tujuan dari kedatangan itu sendiri. 

Batin ini ngedumel seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi namun ini yang benar-benar terjadi. Singkat namun tidak ada manfaat. 

Undangan tanpa Tujuan layak saya patri untuk kejadian ini. 
Budaya ketimuran memang terkesan kolot, namun bagi saya itulah sebuah identitas bagi masing-masing individu. tercermin dalam diri individu itu. terkesan sepele namun besar pengaruhnya.
Hidup di Jakarta bukan berarti menghilangkan identitas ini. 



With Life, 


MKS
Jakarta 6 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar