Siapa yang tidak mengenal Karakatau. Keterkenalannya bukan hanya di Indonesia saja namun sudah populer di manca negara. Terutama dengan 'aksi'nya pada tahun 1883. Kira-kira Anda sudah lahir kah pada tahun tersebut ?. Ada yang sudah ?. Wah, Anda manusia sangat purba sekali yah.. Namun tahukan Anda kalau di kawasan yang berada di selat Sunda ini, dimana sebagai 'rumah' dari Ibu dan Anak sebuah gunung vulkanik yang masih aktif saat ini -Krakatau, terdapat sebuah pulau yang menjadi tempat persinggahan sebelum menuju 'rumah' tersebut ?. Sebuah pulau berpenghuni yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Ibu dan Anak Krakatau kurang lebih 2 jam perjalanan laut menggunakan kapal motor.
Pulau Sebesi.
Sebagai sebuah pulau 'transit' sebelum menuju rumah tempat berdiamnya Ibu dan Anak Krakatau, pulau Sebesi memiliki sebuah keuntungan alami yang tidak dimiliki pulau-pulau lain di sekitar wilayah tersebut. Bagaimana tidak, pulau inilah satu-satunya yang berpenghuni dan memiliki fasilitas yang menyediakan keperluan orang-orang yang ingin bersilahturahmi dengan Anak Krakatau walaupun kondisinya tidak lebih dari kata 'seadanya'. Sebenarnya pulau Sebesi memiliki potensi untuk dijadikan kawasan ekowisata tetapi belum direalisasikan secara optimal hingga saat ini. Akses yang masih jauh serta sulit menjadi penghambat berkembangnya pulau Sebesi menjadi sebuah kawasan ekowisata. Akses menuju pulau Sebesi hanya dapat dapat dilalui dengan 2 jalur. Jalur pertama melalui pelabuhan Canti dan berada di Kalianda, Lampung Selatan. Aksesnya juga hanya menggunakan perahu motor yang berangkat satu kali dalam sehari. Sedangkan jalur kedua, dapat ditempuh dari Cilegon, provinsi Banten dengan menggunakan perahu motor juga namun biasanya mengangkut kelapa dan kopra.
Luas wilayah pulau Sebesi sebenarnya cukup luas dengan 2620 ha dan panjang pantai 19,55 km. Pengalaman sejarah yang cukup hebat sehingga hampir sebagian besar daratan pulau Sebesi tersusun dari endapan gunung api muda dan merupakan daratan perbukitan. Sehingga tidak mengherankan banyak tanaman yang tumbuh subur di pulau ini. Selain mengandalkan laut sebagai mata pencaharian menjadi nelayan, masyarakat pulau Sebesi juga memanfaatkan tanah muda di pulaunya dengan bercocok-tanam seperti kakao, kelapa, cengkeh, kopi juga pisang. Selain itu juga masyarakat pulau Sebesi beternak walaupun bukan untuk skala besar. Mayoritas yang diternakan dan dimiliki sendiri oleh masyarakat pulau Sebesi seperti kambing, ayam dan kerbau. Namun tidak jarang, sebagai peternak sewaan. Oh ya, masyarakat di pulau Sebesi didominasi oleh suku Jawa. Namun sudah bukan keturunan asli Jawa. Logat dan tutur kata dalam pengucapan bahasa sehari-hari masyarakat pulau Sebesi beda dengan pakem yang selama ini saya anut. Karena saya juga keturunan suku Jawa, saya mendengarkan dengan sesama pembicaraan masyarakat pulau Sebesi dan saya tidak mengerti sama sekali. Hingga saya tersentil dengan sebuah rasa penasaran saya dengan masyarakat Jawa di pulau Sebesi.
"Suku apa pak..?", tanya saya kepada awak kapal.
"Jawa, mas..", jawabnya.
"Jawa mana pak..?", tanya saya memastikan.
"Solo, mas..", ungkapnya.
"kapan terakhir ke Solo, pak..?", cecar saya lagi.
"belum pernah mas.orang tua dulu dari sana.dari lahir sudah disini..", ungkapnya lagi.
"Ooooo....", sebuah gumam keluar tanpa saya sadari,
Suku Jawa tapi tidak pernah melihat dan berada di tanah Jawa.
Sebuah pulau memang tidak bisa lepas dengan pantai. Ibaratnya dimana ada sendok disitu ada garpu. Namun, apabila Anda sudah menapaki pulau Sebesi tidak ada salahnya jika melihat sisi lain dari pulau ini. Silahkan telusuri wilayah pedalaman pulau ini dan Anda dapat melihat sebuah bukit dan katanya tertinggi di pulau Sebesi dengan ketinggian yaang mencapai 884 meter dari permukaan laut dengan bentuk kerucut yang mempunyai tiga puncak. Kondisi jalan utama yang menjadi penghubung dari dan ke pelabuhan sudah termasuk bagus. Bahkan proses pembuatan saluran pembuangan air sedang dibangun demi kerapian 'pusat' wilayah atau alun-alun pulau Sebesi. Namun, tidak jarang Anda akan menyaksikan kumpulan kerbau dengan bebasnya mencari pakan dan melintas di jalan. Alami. Perlu Anda waspadai juga bagi Anda yang mempunyai penyakit phobia terhadap anjing (cynophobia) atau memiliki pantangan dekat dengan anjing karena di pulau ini terutam yang dekat dengan penginapan, banyak terdapat anjing berkeliaran. Juga terdapat kucing kampung. Selain itu, jangan Anda mengharapkan menonton televisi atau pun mendengarkan radio dengan bantuan listrik dari PLN. Adanya keterbatasan listrik di pulau ini dengan aliran listrik yang hanya berfungsi selama 6 jam yakni dari 6 sore hingga 12 malam. Namun tidak akan mengurangi esensi Anda untuk menikmati pulau Sebesi secara penuh.
Anda sudah terpuaskan melihat sisi dalam dari pulau Sebesi dan ingin menjelajah sisi luarnya yakni, pantai. Untuk ukuran sebuah keindahan, pantai di pulau Sebesi tidak terlalu mengagumkan menurut saya. Pantai dengan pasir coklat dengan bebatuan mirip batu kali/sungai. Tidak terlalu istimewa serta air laut di sekitar bibir pantai tidak terlalu bersih mungkin karena dihuni jadinya tidak terlihat bersih. Tapi, tidak ada salahnya Anda mengitari sepanjang bibir pantai, Anda akan menemukan pemandangan yang cukup bagus untuk objek foto Anda.
Anda tidak akan bisa mengunjungi Krakatau kalau tidak melalui pulau Sebesi. Karena dari sinilah Krakatau itu dijaga kelestariannya.
Selamat jalan-jalan dan selamat melakukan perjalanan.
With Leisure,
MKS
Pulau Sebesi, 15 Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar