Setiap hal yang terjadi di dunia ini memiliki 2 sisi yang mungkin berbeda persepsi antara satu sisi dengan yang lainnya. Ibarat keping mata uang. Perbedaan tersebut bagaikan dua kutub magnet yang saling bertolak belakang dan saling menjauhi. Utara-Selatan. Barat-Timur. Terang-Gelap. Kanan-Kiri. Sehingga tidak jarang perbedaan persepsi itu begitu terlihat nyata dan mencengangkan hingga diluar daya nalar manusia itu sendiri. Tidak ada yang salah dari 2 sisi tersebut bahkan perbedaan itu dapat menjadi sebuah penilaian lebih dan unik dari individu-individu itu sendiri. Tidak terkecuali dari sebuah perjalanan saya.
Travelling isnot only for a destination but also enjoying the journey. Oleh karena itu, saya tidak pernah menganggap perjalanan ini menjadi sebuah sisi yang terburuk, disaster atau apapun itu namanya walaupun tidak selalu mendapatkan atau mengalami sesuai yang direncanakan di awal. Enjoying each part of it with all the thing happens.
Saya, sebagai seseorang yang hidup dan berkewarganegaraan Indonesia [Aseli..] termasuk dari sedikit orang Indonesia yang aneh dalam prinsip jalan-jalan. Saya tidak mau direpotkan ataupun ambil pusing dengan sebuah aturan tidak tertulis untuk jalan-jalan ala orang Indonesia. Harus ada teman. [Katanya] kalau tidak ada teman, maka tidak asyik. dan saya membantah keras pernyataan tersebut. Alhasil, saya liburan hanya sendirian dan liburan saya juga asyik bahkan istimewa.
Travelling isnot only for a destination but also enjoying the journey. Oleh karena itu, saya tidak pernah menganggap perjalanan ini menjadi sebuah sisi yang terburuk, disaster atau apapun itu namanya walaupun tidak selalu mendapatkan atau mengalami sesuai yang direncanakan di awal. Enjoying each part of it with all the thing happens.
Saya, sebagai seseorang yang hidup dan berkewarganegaraan Indonesia [Aseli..] termasuk dari sedikit orang Indonesia yang aneh dalam prinsip jalan-jalan. Saya tidak mau direpotkan ataupun ambil pusing dengan sebuah aturan tidak tertulis untuk jalan-jalan ala orang Indonesia. Harus ada teman. [Katanya] kalau tidak ada teman, maka tidak asyik. dan saya membantah keras pernyataan tersebut. Alhasil, saya liburan hanya sendirian dan liburan saya juga asyik bahkan istimewa.
Perjalanan saya selama 16 hari atau 2 minggu lamanya membuat saya menemukan sebuah seni dari sebuah perjalanan itu sendiri secara tidak langsung. Terutama seni menilai karakteristik orang-orang dalam menikmati sebuah kegiatan bernama 'jalan-jalan'. Mengamati kebiasaan dan hal-hal unik dari orang-orang yang terjadi di sekitar saya. Apakah orang tersebut benar-benar penikmat sebuah perjalanan, penikmat foto, pengkomen segala situasi atau hanya sekedar butuh sebuah eksistensi. Sedikit eksplisit namun itulah sebuah realitas yang terjadi, terutama dengan orang-orang 'lokal'. "Orang 'lokal' ?". Apa maksud dari kata orang 'lokal' ini. Apakah ini sebutan untuk masyarakat atau penduduk asli di tempat wisata tersebut atau bukan?. Dan mengapa saya menyebut orang 'lokal' sebagai sesuatu yang patut dicermati?.
Karakter manusia beragam dan tidak pernah sama satu dengan yang lain, terutama mengekpresikan dirinya dalam menikmati sebuah anugerah yang telah diberikan oleh sang Pencipta. ALAM. Saya sungguh beruntung mengalami 2 siklus ini. Saya tidak meminta ataupun merencanakan perjalanan 2 minggu saya. Semua terjadi dan mengalir begitu saja, tidak pernah saya terpikirkan akan terjadi seperti ini dan mengalami hal-hal lain dari sebuah jalan-jalan. Selama 2 minggu saya melakukan perjalanan dan secara tidak sengaja, perjalanan saya terbagi dalam 2 sosialisasi dengan orang-orang yang berada di sekeliling saya. Seminggu pertama, saya habiskan waktu jalan-jalan saya di pulau Jawa dan bertemu dengan orang-orang lokal alias orang Indonesia. dan minggu berikutnya saya habiskan waktu di pulau Sulawesi dan bertemu dengan orang asing alias 'bule'.
Karakter manusia beragam dan tidak pernah sama satu dengan yang lain, terutama mengekpresikan dirinya dalam menikmati sebuah anugerah yang telah diberikan oleh sang Pencipta. ALAM. Saya sungguh beruntung mengalami 2 siklus ini. Saya tidak meminta ataupun merencanakan perjalanan 2 minggu saya. Semua terjadi dan mengalir begitu saja, tidak pernah saya terpikirkan akan terjadi seperti ini dan mengalami hal-hal lain dari sebuah jalan-jalan. Selama 2 minggu saya melakukan perjalanan dan secara tidak sengaja, perjalanan saya terbagi dalam 2 sosialisasi dengan orang-orang yang berada di sekeliling saya. Seminggu pertama, saya habiskan waktu jalan-jalan saya di pulau Jawa dan bertemu dengan orang-orang lokal alias orang Indonesia. dan minggu berikutnya saya habiskan waktu di pulau Sulawesi dan bertemu dengan orang asing alias 'bule'.
Selama saya melakukan perjalanan, saya selalu menenteng kamera SLR saya. Adapun tujuan saya membawa kamera ini adalah keinginan saya untuk mengabadikan moment-moment terbaik selama perjalanan saya. BUkan untuk narsis diri ataupun untuk sekedar gaya-gayaan. Selain saya ingin belajar mengenai dunia photography itu sendiri juga diperlukan untuk mensupport saya dalam penulisan blog saya nantinya.
Minggu 1.
Titik point jalan-jalan pertama. Karimun Jawa dan gunung Bromo.
Saya bertemu dengan sekelompok anak muda yang usianya tidak jauh berbeda dengan saya. Sama-sama memiliki motivasi untuk melepaskan kepenatan ataupun stress dan menumpahkannya dalam sebuah perjalanan. Bertemu dengan orang 'lokal' itu sungguh menyenangkan karena tidak ada sebuah penghalang terutama dalam bahasa. Sehingga langsung bisa 'klik'. Namun, biasanya untuk berkenal lebih jauh dengan orang 'lokal' butuh sebuah effort yang lebih. Mengapa saya katakan demikian. Orang 'lokal' lebih cenderung asyik dengan gadget yang ada di genggaman tangannya. Jika Anda bisa mengaburkan keberadaan gadget tersebut maka Anda tidak akan dicuekin. Setidaknya Anda dapat teman mengobrol. Selain itu juga, orang 'lokal' lebih suka mengobrol dengan sesama 'grup' nya sehingga Anda harus bisa mencari cela untuk bisa ikut bergabung dalam obrolan tersebut.
Namun, ada satu hal yang menjadi kunci kemenangan saya. Karena saya membawa kamera SLR yang notabene lebih baik dalam menangkap gambar ataupun foto jika dibandingkan dengan kamera pocket ataupun handphone sehingga saya seolah-olah mudah menyela di grup orang 'lokal' tersebut. Orang 'lokal' sangat suka difoto. Apakah itu untuk menegaskan keberadaannya dalam liburan atau memang jiwa narsis nya yang sudah di ubun-ubun. Alhasil, karena hal inilah secara tidak langsung mengurangi rasa hormat saya kepada orang 'lokal' dalam sebuah perjalanan. Sedikit-sedikit photo dalam jarak yang tidak jauh dan waktu yang tidak lama. Agak menghina saya karena seolah-olah saya menjadi seperti photographer keliling dan semua foto di kamera saya terisi oleh orang 'lokal' semua bukan saya.
Tapi karena kecenderungan yang suka foto inilah, terkadang ditemukan sebuah hal-hal unik yang terjadi saat foto session. dan ini menjadi sebuah cerita yang mungkin unik dan tidak biasa bahkan bisa menjadi sebuah pengalaman seru. Namun, tidak jarang juga orang 'lokal' itu lebih gampang ngedumel jika sesuatu rencana atau hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang dikehendakinya selama perjalanan.
Titik point jalan-jalan pertama. Karimun Jawa dan gunung Bromo.
Saya bertemu dengan sekelompok anak muda yang usianya tidak jauh berbeda dengan saya. Sama-sama memiliki motivasi untuk melepaskan kepenatan ataupun stress dan menumpahkannya dalam sebuah perjalanan. Bertemu dengan orang 'lokal' itu sungguh menyenangkan karena tidak ada sebuah penghalang terutama dalam bahasa. Sehingga langsung bisa 'klik'. Namun, biasanya untuk berkenal lebih jauh dengan orang 'lokal' butuh sebuah effort yang lebih. Mengapa saya katakan demikian. Orang 'lokal' lebih cenderung asyik dengan gadget yang ada di genggaman tangannya. Jika Anda bisa mengaburkan keberadaan gadget tersebut maka Anda tidak akan dicuekin. Setidaknya Anda dapat teman mengobrol. Selain itu juga, orang 'lokal' lebih suka mengobrol dengan sesama 'grup' nya sehingga Anda harus bisa mencari cela untuk bisa ikut bergabung dalam obrolan tersebut.
Namun, ada satu hal yang menjadi kunci kemenangan saya. Karena saya membawa kamera SLR yang notabene lebih baik dalam menangkap gambar ataupun foto jika dibandingkan dengan kamera pocket ataupun handphone sehingga saya seolah-olah mudah menyela di grup orang 'lokal' tersebut. Orang 'lokal' sangat suka difoto. Apakah itu untuk menegaskan keberadaannya dalam liburan atau memang jiwa narsis nya yang sudah di ubun-ubun. Alhasil, karena hal inilah secara tidak langsung mengurangi rasa hormat saya kepada orang 'lokal' dalam sebuah perjalanan. Sedikit-sedikit photo dalam jarak yang tidak jauh dan waktu yang tidak lama. Agak menghina saya karena seolah-olah saya menjadi seperti photographer keliling dan semua foto di kamera saya terisi oleh orang 'lokal' semua bukan saya.
Tapi karena kecenderungan yang suka foto inilah, terkadang ditemukan sebuah hal-hal unik yang terjadi saat foto session. dan ini menjadi sebuah cerita yang mungkin unik dan tidak biasa bahkan bisa menjadi sebuah pengalaman seru. Namun, tidak jarang juga orang 'lokal' itu lebih gampang ngedumel jika sesuatu rencana atau hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang dikehendakinya selama perjalanan.
2 sisi sebuah perjalanan ini telah mengantarkan saya untuk menikmati indahnya sebuah jalan-jalan. Bertemu dan berkenalan dengan orang indonesia di sebuah tempat tujuan wisata ada baik buruknya. Untuk baiknya, saya tidak perlu mengalami kesusahan dalam obrolan karena bahasa yang digunakan sama. Saling menyadari dan bersikap lumrah untuk hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan buruk di negara ini seperti Jam karet, membuang sampah sembarangan.
Minggu 2.
Titik point Jalan-jalan. Togean Islands.
Saya sungguh beruntung dan memutuskan untuk memilih tujuan liburan saya di kepulauan Togean. Bukan karena familiar atau terkenal oleh banyak orang tapi karena keterasingannya di telinga orang Indonesia. Namun karena keterasingan ini, saya lebih banyak bertemu dengan orang-orang asing di sini. Semua bertemu dengan sebuah persamaan dalam menikmati sebuah perjalanan. Ketenangan.
Orang asing atau 'bule' yang saya temui di Togean Islands banyak dari Eropa dibandingkan Asia ataupun Australia. Bangsa Eropa yang identik dengan sesuatu yang sepi dan tenang memang benar adanya. Mereka adalah penikmat perjalanan. Tidak pernah mengeluhkan kondisi Togean Islands yang jauh dari keberadaan. Komunikasi, internet, listrik yang semuanya terbatas bahkan blank sama sekali namun mereka tidak mempermasalahkan ini. Bagi mereka itu tidak menjadi sesuatu yang layak dikeluhkan. Walaupun mereka sebenarnya khawatir dan ingin memberikan kabar kepada keluarga mereka yang terpisah ratusan mile dari Togean Islands tapi mereka mau menunggu hingga beberapa hari ke depan ketika akan beranjak ke daerah lain dan menemukan koneksi untuk sekedar SMS saja. "Bagaimana bagi orang Indonesia ?". Silahkan Anda jawab sendiri.
Bertemu dan berkenalan dengan orang 'bule' itu ada baik dan buruknya. Baiknya, Anda bisa mendengarkan rute-rute perjalanan mereka dan pengalamannya selama ini. Buruknya, Anda harus memiliki kemampuan bahasa asing terutama bahasa Inggris sebagai syarat utama untuk berkomunikasi dengan mereka. Tanpa jembatan ini, yang ada hanyalah senyam-senyum belaka saja. Oleh karena itu, English is a must.
Orang 'bule' yang saya temui termasuk orang yang suka akan foto. Namun mereka lebih tahu diri. Mereka juga membawa kamera yang hampir sama dengan saya. SLR. bagi mereka mengabadikan moment-moment terbaik dan terlihat itu merupakan sebuah kesempatan langka.
"Do you want me to take your picture?", Pernah saya menawarkan diri untuk mengambil foto dengan kamera mereka sendiri agar mereka ikut andil dalam moment tersebut. "no thanks..", ujar mereka.
Setengah tidak percaya saya dapatkan jawaban dari mereka dan merupakan sebuah kebalikan dari orang 'lokal'. Ketika saya tanya mengapa mereka tidak mau difoto untuk menghilangkan rasa penasaran saya dan sebuah jawaban singkat dan sungguh mengena saya dapatkan.
"We have travelling a lot. many countries, many places we've been through. For us, enjoying it and take a picture 1 or 2 is enough...".
Saya pun semakin salut dengan orang 'bule' ini. Jalan-jalan berarti menikmati sebuah perjalanan ini bukan hanya sekedar foto. Selain itu, orang 'bule' ternyata lebih sopan dan pengertian selama perjalanan. Bahkan saya sendiri yang menjadi malu apabila kebiasaan-kebiasaan buruk yang terjadi menimpa mereka, seperti jam berangkatan/kedatangan yang tidak pernah tepat. Mereka sudah memaklumi hal ini namun saya menjadi malu sendiri dengan kondisi ini.
Peribahasa kuno yang merupakan salah satu pakem bagi Traveller yakni "Seorang sendirian di padang rumput hanya sebesar jari. Seorang berteman banyak menjadi seluas padang rumput".
Jika kita mempunyai teman di suatu negara, kita pasti diterima dan bisa jauh lebih mengerti mengenai kondisi negara tersebut. Mereka bisa berbagi informasi menarik yang tidak bisa diperoleh dari sebuah buku ataupun mesin pencari sekelas 'Google'. Mereka juga mampu mengantarkan ke lokasi-lokasi yang hanya dikenal oleh masyarakat lokal. Sebaliknya juga demikian, kita dapat berkesempatan membalas budi jika teman-teman kita berkunjung ke negara atau kota kita.
Sungguh disayangkan apabila kita jalan-jalan hanya sekedar liburan saja. Tapi lakukanlah demi sebuah pengalaman Adventure. Sering kali saya menekankan makna lain dari sebuah perjalanan kepada teman-teman atau pun orang-orang di sekitar saya yang ingin jalan-jalan. Ambil kesempatan menarik, mengobrol dengan banyak orang dengan banyak karakter orang, jangan bosan dan kapok dengan suatu hal-hal yang baru. Have a great Journey.
Ternyata liburan Harus ada teman kalau tidak ada teman tidak Asyik itu tidak berlaku bagi saya. Liburan saya asyik bahkan istimewa dan liburan saya dapat teman.
Selamat jalan-jalan dan selamat melakukan perjalanan.
With Leisure
MKS
Karimun Jawa-Bromo-Togean Islands mar-apr 2012
Jika kita mempunyai teman di suatu negara, kita pasti diterima dan bisa jauh lebih mengerti mengenai kondisi negara tersebut. Mereka bisa berbagi informasi menarik yang tidak bisa diperoleh dari sebuah buku ataupun mesin pencari sekelas 'Google'. Mereka juga mampu mengantarkan ke lokasi-lokasi yang hanya dikenal oleh masyarakat lokal. Sebaliknya juga demikian, kita dapat berkesempatan membalas budi jika teman-teman kita berkunjung ke negara atau kota kita.
Sungguh disayangkan apabila kita jalan-jalan hanya sekedar liburan saja. Tapi lakukanlah demi sebuah pengalaman Adventure. Sering kali saya menekankan makna lain dari sebuah perjalanan kepada teman-teman atau pun orang-orang di sekitar saya yang ingin jalan-jalan. Ambil kesempatan menarik, mengobrol dengan banyak orang dengan banyak karakter orang, jangan bosan dan kapok dengan suatu hal-hal yang baru. Have a great Journey.
Ternyata liburan Harus ada teman kalau tidak ada teman tidak Asyik itu tidak berlaku bagi saya. Liburan saya asyik bahkan istimewa dan liburan saya dapat teman.
Selamat jalan-jalan dan selamat melakukan perjalanan.
With Leisure
MKS
Karimun Jawa-Bromo-Togean Islands mar-apr 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar