Minggu, 19 Mei 2013

3 Jam Kenangan di Medan

"Horas bah ....!!! "

Perjalanan Saya kali ini seperti perjalanan seperti pulang kampung. Sebuah ibukota propinsi dan merupakan kota tempat kelahiran saya, Medan. Walaupun hanya sebentar namun cukup mampu mengingatkan saya bahwa saya pernah menjadi bagian dari kota ini selama 17 tahun. Namun, kota Medan bukanlah kota tujuan utama untuk perjalanan saya. Lebih tepatnya, saya akan ke bumi serambi mekkah. Yups, Nangroe Aceh Darusallam. 

Namun sebelum menuju Aceh, banyak kenangan yang seperti terulang di kota Medan. Suka-sedih-bahagia-cinta semuanya pernah dirangkai di kota ini. Kota kenangan saya. 

Perjalanan saya kali ini tidak sendiri tapi berdua. Teman yang belum lama saya kenal namun memiliki selera hobby yang sama. Penjelajah

Tidak mengherankan jika Medan dikenal sebagai salah satu kota tujuan untuk travelling dan kuliner nya juga. Dan saya akan mencoba mengulang kenangan itu. Walaupun cuma beberapa jam untuk transit di kota Medan hal ini dikarenakan penerbangan saya berikutnya akan dilanjutkan ke Banda Aceh sekitar jam 11.30 siang setidaknya memori kenangan itu ingin saya ulang kembali. 

Mau tidak mau penerbangan subuh dari Jakarta yang memakan waktu sekitar 2 jam tanpa ada perbedaan waktu akhirnya landing dengan selamat namun dengan konsekuensi di jam-jam rawan akan kelaparan. "Kriuuuukkk...". Barisan cacing di perut saya pun meminta jatah untuk disuapin. Aha..Sarapan adalah solusinya. 

Berbekal ingatan yang harus di-refresh, saya harus berusaha mengingat jalan dan rute-rute transportasi di kota ini. Terakhir menginjakan kaki di kota ini adalah di tahun Feb 2009. itupun cuma weekend saja dan cuma bandara-rumah-bandara. Tujuan untuk membawa pulang Ibu ke kampung halamannya semenjak bapak saya meninggal dan disemayamkan di Klaten, Jawa Tengah bulan Nov 2008. 

Tidak banyak perubahan yang berarti semenjak saya tinggalkan, dan karena saya membawa teman yang benar-benar belum pernah liburan di kota Medan, alhasil saya harus bisa meyakinkankan kalau saya pernah menjadi 'orang medan'. Beruntungnya bandara di kota Medan masih di Polonia belum dipindahkan ke bandara baru Kualanamu. 

Sedikit informasi, bandara Polonia ini 'katanya' bandara internasional namun luas bandara ini jauh jika disebut dengan bandara internasional. Ukurannya yang kecil bahkan mirip dengan terminal bis sangat tidak layak plus dengan calo-calo tiket dimana-mana. Selain itu posisi bandara yang berada di tengah kota menjadikan bandara ini sudah tidak memenuhi syarat sebagai sebuah bandara internasional. 

Karena kepalaran sangat, dan teman saya sangat menginginkan makan di soto 'Sinar Pagi' alhasil saya pun membawa dia kesana. Namun, yang terjadi adalah saya lupa jalur angkutan umumnya. Tidak ingin naik taksi agar bisa berhemat jadinya saya mencoba naik taksi. Saya benar-benar seperti lupa ingatan. Alamat rumah makan di jalan Sei Deli pun seakan lupa. Solusi satu-satunya adalah berkeliling Medan dengan menaiki Becak Mesin berMotor (bentor). lebih murah dibandingkan taksi karena bisa ditawar, lebih original, dan bisa melihat-lihat jalan di kota Medan yang pagi itu baru reda hujan. Segar.

Karena teman saya baru pertama kali ke Medan, dan tidak ada salahnya jika menunda sarapan sejenak kemudian mengunjungi sebuah ikon kota medan. Istana Maimoon. Saya cukup membayar Rp.15,000 walaupun sebenarnya mahal untuk jarak lokasinya yang tidak terlalu jauh dengan Bandara Polonia. Hanya 10 menit saja. Tapi, tidak apalah untuk pembuka travelling saya kali ini. 

Istana maimun
Sekedar informasi, Istana Maimun terletak di kelurahan Sukaraja, kecamatan Medan Maimun. Istana ini didesain oleh arsitek Italia dan dibangun oleh Sultan Deli, Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah pada 1888, Istana Maimun memiliki luas sebesar 2.772 m2 dan 30 ruangan. Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya karena usianya yang tua, namun juga desain interiornya yang unik, memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu, dengan gaya Islam, Spanyol, India dan Italia. 

Sungguh disayangkan, ketika saya dan teman berkunjung kesini, Istana Maimun ini sudang ditutup untuk umum karena ada pernikahan putri raja selama 2 hari. Alhasil saya hanya bisa melihat dari luar dan tidak sempat melihat ke dalamnya. Namun, Istana melayu ini cukup kokoh terlihat dari luar. persis di Jalan. SM Raja. 

Setelah puas mengabadikan istana Maimun, saya melanjutkan perjalanan saya menuju RM Soto Sinar Pagi di Jl. Sei Deli. Lagi-lagi, saya tidak bisa mengetahui trayek angkutan umumnya dan (lagi) naik bentor saja. heheh.. Melintasi tengah kota dan membayar Rp.20,000 akhirnya saya bisa mencicipi soto khas Medan. 

RM. Sinar Pagi

Soto khas Medan ini menjadi salah satu yang paling populer dan terkenal sampai ke luar daerah sekalipun. Warna sup kuning kehijauan menjadi ciri khas soto Medan, yang juga membedakannya dengan soto daerah lain. Soto bersantan. itulah ciri khas soto Soto Sinar Pagi yang dirintis oleh Datuk Indokaya. 

Ketika saya tiba di rumah makan ini, jam masih menunjukan sekitar 9 pagi dan rumah makan ini sudah sangat penuh. Apakah karena memang sangat terkenal karena lezatnya atau hari sabtu, saya melihat ada belasan pengunjung yang selalu mengisi kursi di rumah makan Soto Sinar Pagi. Ada yang baru datang dan ada yang pergi. Jika terlambat saja, mungkin harus menunggu. Beruntungnya saya, begitu saya dan teman datang, sudah tersedia meja kosong. Sebelum saya duduk, sudah ditanya untuk menu yang akan di pesan. Oke. Soto daging. Tidak sampai 5 menit, soto daging sudah tersaji di depan saya. Yummy...

Ada rasa ada harga, seporsi soto daging ini Rp.19,000 dan Rp.3,000 untuk teh tawar hangat. Cukup mahal untuk ukuran makanan di luar Jakarta. Tapi tidak apalah. pesanan 2 soto plus nasi beserta 2 teh tawar hangat, harus dibayar dengan Rp.43,000 saja. 

Selesai sarapan porsi beneran ala 'medan'. Nasi soto Sinar pagi, saya mengajak berjalan menelusuri pusat kota Medan. Dimulai pancuran air Golden (simpang Gatot Subroto) kemudian dilanjutkan berjalan melewati jl.Maulana Lubis. Melihat kantor walikota Medan dan berhenti sejenak di pusat keramaian Medan, Merdeka walk. Berhubung hari masih pagi, Merdeka walk masih sepi yang ada, saya dan teman menjadi pusat perhatian karena membawa tas besar dan berfoto. 

Kawasan Kesawan
Puas melihat pusat kota dari Merdeka Walk, saya membawa teman saya berjalan menuju kawasan Kesawan. Deretan bangunan Belanda tampak masih kokoh, bagus dan terawat. Dari bangunan Belanda, restoran Tip-Top yang cukup terkenal dengan ice creamnya, serta rumah Tionghoa Tjong A Fie ada di deretan jalan ini. Saya cukup berjalan sekitar 50 meter saja, bisa menikmati gagahnya bangunan berbagai etnis di kawasan ini. 

Ice Cream dan Juice Terong belanda

Sebenarnya, perut saya masih kenyang namun sungguh disayangkan jika restoran ini dilewatkan begitu saja. Restoran Tip Top yang merupakan restoran legendaris di Kota Medan ini menyediakan berbagai menu makanan dari Indonesia, China dan Eropa. Walaupun waktu terus berlalu, tetapi restoran ini tetap berjalan dengan konsep, tradisi, serta resep-resep lama yang tetap dipertahankan, yang memang mempunyai keistimewaan pada seni masakannya. Alhasil, saya dan teman hanya memesan ice cream dan juice terong belanda. hanya sebagai desert saja. 

Harga makanan di restoran Tip-Top cukup mahal namun sebanding cita rasa, suasana dan layanannya. Excellent. Cukup membayar Rp.54,000 untuk bisa menikmati kelezatan ice cream dan juice terong Belanda yang bercita rasa asli. worthed it. 

Selepas menikmati ice cream dan juice, waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 10. Saatnya saya kembali ke bandara untuk melanjutkan penerbangan ke Banda Aceh dan memulai perjalanan saya ke Propinsi ke 14 saya. Setali tiga uang, begitu keluar restoran Tip-Top, saya bisa melihat rumah etnis Tionghoa Tjong A  Fie. Tidak sempat masuk namun cukup melihat dan memfotonya saja. Kemudian saya menaiki bentor untuk kembali ke bandara dengan membayar Rp.15,000 saja. 

Kurang lebih 3 jam saja, saya menghabiskan waktu di Medan. Sebuah city tour singkat yang mampu mengulang kembali kenangan saya akan kota kelahiran saya. Medan. 

Horas Medan, see you next. 


Have A great travelling and create your own travelling. 


With leisure, 

Mks
Medan, 27 April 2013


1 komentar:

  1. bangunan2 kunonya masih terjaga ya di medan. keren

    BalasHapus